PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) merespons pernyataan Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan yang berniat mempersulit pembelian mobil berbahan bakar bensin. PT SIS memastikan, mereka mendukung apapun yang diputuskan pemerintah.
Sebelumnya, Luhut Binsar mengatakan, polusi udara di Indonesia, terutama di kota-kota besar sudah makin parah. Itulah mengapa, penggunaan mobil bensin harus lebih dibatasi lagi.
"Kita secara bertahap akan mulai mempersulit, tanda kutip, (pembelian) mobil bensin. Sehingga demikian Jakarta ini air quality-nya makin baik. Sehingga keluarga kita itu akan mendapat air quality seperti negara tetangga kita," ujar Luhut di Kantor Kemenko Marves, Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suzuki respons pernyataan Luhut Binsar. Foto: Suzuki |
Marketing Director 4W PT SIS, Donny Ismi Saputra merespons pernyataan Luhut tersebut. Menurut dia, apapun langkah yang diambil pemerintah, selagi itu punya tujuan baik untuk lingkungan, pihaknya akan mendukungnya.
"Kami dari Suzuki mengikuti arahan pemerintah. Kami kan sudah mengikuti program pemerintah, yaitu program LCEV (low carbon emission vehicle) yang di dalamnya ada kendaraan hibrida dengan meluncurkan Ertiga dan XL7 hybrid," demikian respons Donny.
Hingga saat ini, Suzuki belum memiliki mobil listrik. Namun, mereka telah memiliki sejumlah produk hibrida, seperti Ertiga, Grand Vitara dan XL7 Hybrid. Menurut dia, sebelum beralih sepenuhnya ke mobil listrik berbasis baterai, pabrikan perlu jembatan berupa mobil hybrid.
"Kami memilih langkah tersebut dengan tujuan mempopulerkan kendaraan elektrifikasi. Kami juga ingin membuat kendaraan eletrifikasi menjadi lebih terjangkau. Sehingga membuat skala produksi lebih besar," ungkapnya.
Suzuki XL7 Hybrid meluncur di Indonesia. Foto: Septian Farhan Nurhuda/detik.com |
Lebih jauh, Donny menjelaskan, elektrifikasi merupakan keniscayaan. Itulah mengapa, pihaknya terus melakukan persiapan secara bertahap dengan meluncurkan mobil-mobil hybrid. Sehingga, ketika pada akhirnya mobil bensin peredarannya dibatasi, pihaknya sudah lebih siap.
"Jadi, kalau penggunaan (EV) makin banyak, skala produksi naik maka harga bisa ditekan. Setelah itu kita bisa melangkah ke tingkatan setelahnya, yaitu mobil listrik berbasis baterai," kata dia.
(sfn/din)














































Komentar Terbanyak
Kemenangan Gila Pebalap Indonesia Kiandra di Barcelona: Start 24, Finis ke-1
Warga Rela Antre Panjang di SPBU Swasta, Ketimbang Isi Pertalite Was-was Brebet
Wuling Darion Meluncur di Indonesia: Ada EV dan PHEV, Harga Mulai Rp 356 Juta