Jika kamu berniat melakukan road trip atau mudik ke Sumatera, kamu wajib memperhatikan sisa bahan bakar di tangki kendaraan. Sebab, berdasarkan pengalaman kami, di beberapa lokasi jumlah SPBU sangat terbatas dan stoknya tidak menentu, bahkan bisa sampai antre panjang.
Baru-baru ini detikOto bersama detikTravel dan detikFood melakukan road trip menjelajah Sumatera. Perjalanan ditempuh dari Jakarta sampai Sabang sejauh 3.800 km.
Kami melakukan road trip menggunakan Toyota Kijang Innova Zenix. Ada dua unit Innova Zenix yang digunakan, satu tipe V bensin, satu lagi tipe Q Hybrid Modelista.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari Jakarta, kami menempuh jalan tol sampai Pelabuhan Merak untuk menyeberang ke Bakauheni. Dari Bakauheni, kami menempuh perjalanan lewat tol sampai ke Kota Bandar Lampung dan Palembang. Dari Palembang kami menempuh jalur Lintas Tengah Sumatera via Sekayu, Lubuklinggau, sampai ke Muara Bungo. Lanjut ke Payakumbuh-Bukittinggi di Sumatera Barat, sampai Danau Toba di Sumatera Utara. Kemudian ke Medan, sampai ke Aceh dan menyeberang ke Pulau Weh untuk menuju Titik Nol Kilometer Indonesia di Sabang.
Perjalanan kami ditempuh sekitar lebih dari dua pekan. Tidak langsung gaspol ke Sabang, melainkan mampir di beberapa kota untuk meliput beberapa hal menarik di sepanjang perjalanan. Total jarak yang kami tempuh sampai Sabang mencapai 3.865 km, termasuk beberapa kali mengelilingi kota-kota besar seperti di Bandar Lampung, Palembang, Muara Bungo, Danau Toba, Pulau Samosir, Medan, Aceh, dan Sabang.
Perjalanan dari Jakarta sampai Palembang bisa dibilang tanpa hambatan sama sekali. Karena memang dari Pelabuhan Bakauheni sampai Palembang full lewat jalan Tol Trans Sumatera.
Namun, mulai dari Palembang menuju Jambi, Sumatera Barat sampai Danau Toba, banyak pesan yang disampaikan dari warga lokal kepada kami agar aman. Terutama soal pengisian bahan bakar.
![]() |
Dari Palembang ke Muara Bungo, kami disarankan untuk mengisi BBM full di Lubuklinggau. Sebab, jumlah SPBU di lintas jalan tersebut bisa dibilang jarang. Bahkan, di jam-jam tertentu stok BBM di SPBU habis. Karena sulitnya itu, tak jarang pengendara terpaksa beli bahan bakar di pinggir jalan yang dikhawatirkan kualitasnya tak terjaga.
Begitu juga jika kamu membawa mobil bermesin diesel. Perlu dicatat, beberapa SPBU di Sumatera sudah menerapkan penggunaan QR Code untuk membeli BBM Subsidi seperti Solar. Namun, jika membeli BBM diesel non-subsidi pun terkadang stoknya tidak ada. Jadi, jika kamu membawa mobil diesel disarankan kalau ketemu SPBU yang tersedia BBM diesel non-subsidi untuk selalu mengisi full tangki bahan bakar. Atau, daftarkan kendaraan kamu untuk mendapatkan QR Code jika memang mobil kamu memenuhi syarat membeli BBM bersubsidi.
Catatan berikutnya soal pembelian BBM adalah ketika kami sudah menyeberang ke Sabang untuk menuju Titik Nol Kilometer Indonesia. Di Sabang, SPBU bisa dibilang jarang. Untuk BBM jenis bensin, SPBU di Sabang pun hanya menjual Pertalite, tidak ada Pertamax apalagi Pertamax Turbo. Dan membeli Pertalite di sana dibatasi maksimal Rp 200 ribu per hari per kendaraan. Jadi, kalau mobil kamu secara spesifikasi membutuhkan BBM minimal RON 92, sebelum menyeberang ke Sabang disarankan mobil diisi full tank di Banda Aceh.
(rgr/dry)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Gaya Merakyat Anies Baswedan di Formula E Jakarta, Duduk di Tribun Murah