Wuling Almaz Hybrid dibekali mesin baru dengan sokongan sistem motor listrik. Teknologi tersebut membuat Almaz Hybrid bisa menggunakan tiga mode berkendara. Tidak hanya itu, teknologi hybrid tersebut juga bisa membuat Almaz dioperasikan dengan menggunakan full tenaga listrik. Berapa jarak yang bisa ditempuh ya?
Sebagai informasi, Almaz Hybrid mengusung mesin bensin 2.000 cc yang bertenaga 123 dk dengan torsi 168 Nm. Sementara motor listriknya bisa mengail tenaga 174 dk dan torsi 320 Nm. Mobil rakitan Cikarang ini didukung baterai berkapasitas 1,8 kWh.
Wuling Almaz Hybrid mengaplikasikan Multi-mode Hybrid Performance yang terdiri dari EV Mode, Series Hybrid, dan Hybrid Parallel.
Penjelasannya, pada EV Mode, roda digerakkan oleh motor listrik yang mengambil energi listrik dari baterai Ternary Lithium. Sementara dalam mode Series Hybrid, roda digerakkan oleh motor listrik, namun mesin bensin beroperasi mengisi daya listrik pada baterai melalui motor generator. Performa maksimal dihasilkan pada mode Hybrid Parallel, di mana mesin bensin dan motor listrik beroperasi untuk menghasilkan daya penggerak roda secara bersamaan. Sistem ini bekerja secara otomatis menyesuaikan kondisi baterai, kebutuhan daya, serta kondisi jalan.
Seperti dijelaskan Product Planning Wuling Motors Indonesia, Danang Wiratmoko, Wuling Almaz Hybrid menggunakan mesin yang benar-benar baru yang disesuaikan dengan teknologinya.
"Ini adalah engine baru yang memang dikembangkan untuk penggerak hybrid. Jadi kalau kita lihat dari spesifikasi, engine dua liter ini pakai siklus atkinson, yang itu pada umumnya memang sangat digemari oleh produsen-produsen di dunia untuk dipadukan penggerak hybrid. Jadi salah satu kelebihannya, dia efisiensi thermal-nya juga lebih tinggi daripada engine dengan siklus otto yang umum. Kemudian ketika dia dipadukan penggerak motor listrik, engine itu bisa sangat efisien," kata Danang di Jakarta International E-Prix Circuit (JIEC), Ancol, Jakarta, Kamis (3/11/2022).
Lanjut Danang menambahkan, Almaz Hybrid bisa menggunakan energi full listrik pada EV mode. Namun dengan syarat-syarat tertentu atau indikator-indikator tertentu. Di sisi lain, jarak tempuhnya pun terbatas, hanya berkisar 2 km.
"Ini bisa. Jadi sistem di mobil ini akan mendeteksi atau dia akan mencari tahu, input beberapa variabel. Yang pertama, seberapa persen isi baterainya. Kemudian dia sedang jalan di kecepatan berapa. Lalu pengemudinya, akseleratornya minta tambahan torsi atau tidak, itu nanti akan dihitung sama mesinnya. Ketika salah satu kondisinya tercapai, mobil itu bisa jalan dengan baterai saja atau EV mode," sambung Danang.
"Secara umum, kecepatannya di bawah 40 km/jam, itu dia akan masuk ke EV mode. Tapi tentu saja itu nggak cuma kecepatan yang berpengaruh terhadap mode-modenya. Selain kecepatan juga ada beban, kondisi baterai dan lain sebagainya," jelas Danang.
"Dalam kondisi yang optimal, baterai kondisi penuh, terus masuk ke EV mode. Dia kira-kira bisa jalan 1-2 km, setelah itu engine akan nyala secara otomatis untuk mengisi ulang baterainya. Tetapi penggerak utamanya sebenarnya adalah si motor listrik. Jadi kalau baterainya sedang kekurangan daya, nanti engine-nya akan memprioritaskan untuk mengisi baterainya, kemudian prioritas penggerak utamanya adalah si motor listrik," tukas Danang.
Simak Video "Nyaman, Canggih, Ramah Lingkungan - Wuling Cloud EV Jawaban Kebutuhan Keluarga Masa Kini"
(lua/rgr)