Rasio Kepemilikan Mobil di RI Masih Rendah, Segini Target Jualan Meski BBM Naik

Rasio Kepemilikan Mobil di RI Masih Rendah, Segini Target Jualan Meski BBM Naik

Ridwan Arifin - detikOto
Minggu, 18 Sep 2022 09:56 WIB
Foto udara mobil-mobil yang akan diekspor di Terminal Kendaraan Pelabuhan Patimban, Subang, Jawa Barat, Selasa (29/3/2022). Presiden Joko Widodo menunjukkan optimistis Indonesia dapat mengekspor 180 ribu mobil sepanjang 2022 dari Pelabuhan Patimban, Subang, Jawa Barat. ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar/foc.
Ilustrasi ekspor mobil buatan Indonesia Foto: ANTARA FOTO/Muhamad Ibnu Chazar
Jakarta -

Industri otomotif Tanah Air punya potensi lebih besar lagi. Gaikindo menyebut rasio kepemilikan masyarakat Indonesia masih rendah, hal ini bisa dimanfaatkan oleh industri manufaktur.

"Pasar domestiknya terbesar di ASEAN sekitar 33-34 persen. Ini modal utama industri otomotif Indonesia. Di sisi lain, rasio kepemilikan masih rendah masih 99 mobil per 1.000 penduduk. Padahal populasi kita masih cukup tinggi," kata Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara saat diskusi virtual, Kamis (15/9/2022).

Dalam konteks tersebut, rasio kepemilikan merupakan salah satu kekuatan Indonesia untuk memperlebar pasar di bidang manufaktur kendaraan bermotor. Saat ini, berdasarkan data "top 20 global vehicle production 2021"yang dipaparkan Kukuh, Indonesia berada di peringkat 15 dunia dengan angka 1.121.967 unit dalam produksi kendaraan. Kalah dari Thailand yang bisa memproduksi 1.685.705 unit. Sementara peringkat pertama ialah China dengan produksi 26.082.220 unit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Status industri kita, Indonesia dibandingkan negara lain. Seperti biasa kondisi kita saat ini dari produksi kita ada rangking ke-15. Ini sebuah tantangan tersendiri, sebetulnya kita masuk kelompok produsen kendaraan bermotor yang memproduksi 1 juta unit," ungkap Kukuh.

Sedangkan urusan penjualan mobil, Indonesia berada di peringkat 16 karena tahun lalu menjual 887.202 unit. Sedangkan Thailand berada di bawah dengan 748.580 unit. Posisi 10 besar secara berurutan ditempati China, Amerika Serikat, Jepang, India, Jerman, Prancis, Brazil, United Kingdom, Rusia, dan Korea Selatan.

ADVERTISEMENT

Kukuh melanjutkan pengembangan pasar bukan tanpa tantangan. Terdekat tentu saja negara-negara Asia Tenggara. Selain Thailand, ada Vietnam yang menurutnya sedang agresif membuat industri manufaktur kendaraan.

"Ancamannya, kita tahu ada perang ukaraina berdampak global mudah mudahan segera bisa diakhiri dengan baik, ini memberikan potensi kita untuk tumbuh. Ancaman lain kompetisi di negara-negara ASEAN, kita ada Thailand, kemudian Veitnam baru muncul dan Malaysia. Ancaman berikutnya naiknya harga BBM ini bisa memicu munculnya pertumbuhan ekonomi yang lambat," ungkap Kukuh.

Namun diketahui industri kendaraan bermotor Indonesia sedang pulih, di sisi lain pemerintah baru saja menaikkan harga BBM. Namun berkaca dari sejarah yang pernah terjadi, menurut Kukuh kenaikan BBM tidak akan berdampak signifikan terhadap penjualan mobil, sebab pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan menyentuh angka 5 persen pada 2023 - 2024.. Atas dasar ini Gaikindo tidak mengoreksi target hingga akhir tahun 2022.

"Penjualan wholesales sudah tembus hampir 660 ribu. Mudah-mudahan kita bisa mencapai target 900 ribu, sekitar 200 ribu sekian yang harus kita capai hingga akhir tahun. Walaupun muncul adanya perkembangan baru adanya naik bahan bakar," ungkap Kukuh.




(riar/lua)

Hide Ads