Berita mengenai dua cara membeli mobil, mental miskin versus orang cerdas, menjadi salah satu yang terpopuler sepekan ini di kanal detikOto. Cara beli mobil dengan mental miskin misalnya menabung 7 juta per bulan selama 3 tahun untuk mobil baru. Sementara orang cerdas akan menabung 7 juta per bulan selama 3 tahun untuk mobil baru. Berikut berita lengkapnya.
Di media sosial ramai perdebatan metode pembelian mobil, cash atau secara kredit. Memang saat ini konsumen ditawarkan pilihan pembelian mobil, ada kredit dengan DP tertentu atau cash tanpa harus memikirkan cicilan.
Dalam infografis yang diunggah akun Instagram @beranijadipengusaha dibandingkan metode pembelian mobil secara cash dan kredit. Katanya, membeli mobil secara kredit dengan membayar Rp 7 juta per bulan selama 3 tahun untuk membeli mobil baru disebut 'mental miskin'. Sementara menabung Rp 7 juta per bulan selama 3 tahun untuk membeli mobil baru disebut 'orang cerdas'. Benarkah demikian?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dijelaskan perencana keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia, Andy Nugroho, membeli mobil secara kredit atau cash tergantung kebutuhan dan tujuan masing-masing. Kalau beli mobil secara kredit untuk tujuan produktif, menurut Andy itu tidak ada salahnya.
"Karena contohnya misalnya kebutuhannya adalah mau beli mobil untuk digunakan sebagai taksi online, atau mau disewakan, kan nggak mungkin beli mobil yang seken juga. Nah mau nggak mau kita harus ambil yang baru, dengan tujuan perawatan lebih murah karena ada garansi, dan biasanya persyaratan taksi online ada usia maksimal mobilnya kan. Dan itu jadi barang produktif ketika kita gunakan untuk cari uang," ujar Andy.
Di sisi lain, jika tujuannya untuk gaya hidup atau sekadar memuaskan keinginan saja, menurut Andy lebih baik menabung dulu. Sebab, jika harus mencicil kendaraan untuk memenuhi gaya hidup, uang yang dihabiskan untuk mencicil mobil akan lebih banyak ketimbang membeli secara cash.
"Karena kita mencicil, nggak berasa itu. Artinya gini, mungkin harga mobil taruhlah Rp 200 juta, misalnya kita mencicil kan bisa jadi nanti jatuh-jatuhnya udah sampai Rp 300 jutaan. Dan ketika kita jual, harganya pasti udah turun banyak, bisa separuhnya. Misalnya rata-rata kredit 3-5 tahun, pas kita jual mungkin sudah turun separuhnya," sambung Andy.
"Artinya ketika kita beli mobil untuk gaya hidup risikonya seperti itu. Kita seolah-olah kaya memiliki mobil paling terkini dengan model terbaru, tapi ternyata utang kita justru lebih besar daripada aset yang kita miliki," sambungnya.
Namun, lanjut Andy, kalau membeli mobil dengan cara menabung di depan untuk pembayaran tunai, risikonya harus sabar menunggu sekian lama untuk mendapatkan mobil yang diinginkan.
"Contoh kayak tadi Rp 7 juta sebulan, mau beli mobil taruhlah harga mobil seken Rp 150 juta, dibagi 7 juta sekitar 20-an bulan, taruhlah 2 tahun, artinya dia harus menabung 2 tahun untuk dapat beli mobil," katanya.
"Jadi memang kalau aku sih melihatnya dari sisi kebutuhan dan urgensi dulu, karena memang kalau kebutuhanya untuk taksi untuk cari uang ya kurang tepat kalau kita bilang itu untuk gaya-gayaan. Tapi kalau untuk gaya hidup saja, aku setuju kalau disebut seperti itu," tukasnya.
(lua/riar)
Komentar Terbanyak
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?