Harga Mobil Listrik Harus Turun, Paling Tidak Rp 300 Jutaan

Harga Mobil Listrik Harus Turun, Paling Tidak Rp 300 Jutaan

Ridwan Arifin - detikOto
Jumat, 30 Jul 2021 07:37 WIB
Pemprov DKI Jakarta menggelar konvoi mobil listrik dari Gelora Bung Karno ke Monas, Jumat (20/9/2019). Konvoi dipimpin oleh GUbernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Ilustrasi konvoi mobil listrik Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Populasi mobil listrik murni di Indonesia belum begitu banyak ketimbang mobil konvensional atau ICE (Internal Combustion Engine). Salah satu faktornya ialah harga.

Direktur Jenderal Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Taufiek Bawazier mengatakan masyarakat Indonesia masih senang mobil bensin atau diesel karena infrastruktur mobil listrik masih belum memadai.

"Kalau kita sandingkan, masyarakat masih senang dengan ICE. Karena pengisian listrik juga masih kurang. Ini tentunya dengan perpres 55 semua kementerian termasuk PLN, ESDM itu ditugaskan untuk membangun stasiun pengisian baterai listrik," ujar Taufiek dalam diskusi virtual yang diselenggarakan dalam Forum Energizing Indonesia (FEI) Rabu (28/7/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini juga kecepatannya juga tergantung dari pasar mobil listrik itu sendiri, sehingga masyarakat menggunakan mobil listrik itu tentunya memilih kenyamanan," sambung dia.

Di sisi lain harga mobil listrik di Indonesia saat ini masih di atas harga kebanyakan orang Indonesia membeli mobil. Sebagai contoh harga mobil listrik termurah saat ini DFSK Gelora E-BV Rp 480 Juta, dan Hyundai Ioniq Electric Prime AT Rp 637 juta.

ADVERTISEMENT

Taufiek mengatakan komponen baterai merupakan penyumbang harga terbesar dari mobil tersebut.

"Karena mobil listrik itu cost terbesar ada di baterai, teknologi baterai ini menjadi penting bagaimana dia bisa dijual dengan harga yang lebih murah," sambung dia.

Sementara untuk membuat industri mobil listrik berkembang, ialah dengan menekan harga. Paling tidak harga mobil listrik berkutat di angka Rp 300 jutaan.

"Car ratio 90 mobil per 1.000 penduduk, artinya kita masih punya kemampuan meningkatkan orang mengkonsumsi mobil," ujar Taufiek.

"PDB per kapita Indonesia adalah 4.000 USD. Kalau kita lihat Eropa sebagai konsumen terbesar mobil listrik itu sekitar 50.000 USD, Amerika juga sama sekitar segitu.Itu tentunya berpengaruh terhadap purchasing power atau individu yang akan membeli mobil listrik, karena dianggap mahal. Ini yang menjadi tantangan kita," sambung dia.

"Walaupun ada yang beli (mobil listrik saat ini, Red), itu kelas elit yang mau mencoba styling yang baru. Itu juga sudah masuk tapi jumlahnya tidak begitu banyak," jelas Taufiek.




(riar/din)

Hide Ads