Bagaimana kesiapan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) dalam menyikapi anjuran tersebut?
Baca juga: Pertamina Uji Coba B30 di Terminal BBM |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"B30 sudah juga sudah selesai ujinya ya. Tinggal beberapa penyempurnaan, yang belum selesai. Salah satu kontennya, yakni bagaimana menekan kandungan airnya,"
kata Kukuh kepada wartawan di sela-sela diskusi Kesiapan Industri Otomotif Menuju Era 4.0, di Main Hall Bursa Efek Indonesia, Jakarta.
BBM B30 Foto: Solehudin |
Kandungan air berlebih dalam bahan bakar memang cukup berbahaya bagi kondisi mesin. Selain akan menimbulkan korosi pada part-part logam, adanya kandungan air juga bisa membuat proses pembakaran di ruang mesin tidak maksimal.
Baca juga: Pertamina Uji Coba B30 di Terminal BBM |
Meski masih ada masalah yang perlu dibenahi, Kukuh mengatakan penerapan B30 bisa menjadi peluang besar bagi industri otomotif Indonesia.
"Tahun depan kita akan beranjak ke B30. Walaupun memang ada beberapa masalah, selama bahan bakarnya bisa disesuaikan dengan karakter yang ada. Ini bisa menjadi potensi baru lagi. Kenapa? Karena sawit kita punya. Belum lagi nanti kalau dikembangkam bio ethanol-nya," kata Kukuh.
"Kita punya local endowment. Jadi kita sudah mempelopori penggunaan minyak nabati B20. Sementara waktu itu dunia masih ragu-ragu, maksimum B7. Namun dengan niat baik, bisa berjalan lancar semua. Dicoba B20, dan kemudian B30," ujarnya lagi.
(lua/lth)













































Komentar Terbanyak
Ketemu Fortuner Berstrobo Arogan di Jalan, Viralin!
Perang Harga Mobil China di Indonesia: Merek Lain Dibikin Ketar-ketir
Viral Bocah 9 Tahun di Makassar Dapat Hadiah Ultah Lamborghini Revuelto Rp 23 M