sudah menggaung sejak tahun 2007. Perjalanan
di Indonesia pun berliku-liku. Butuh penantian panjang hingga akhirnya mobil
bisa benar-benar lahir dan diproduksi secara massal.
muncul pertama kali lewat pria bernama Sukiyat. Sukiyat awalnya berkeinginan untuk memberikan ilmu yang dimilikinya kepada anak-anak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Namun di satu sisi, ia juga memiliki cita-cita untuk melahirkan mobil nasional yang seutuhnya dikerjakan anak bangsa.
. Saya awalnya terinspirasi dari Pick-up Colt. Nah terus dulu jadi salah satu ketua komite di sebuah SMK yang mau bangkrut. Akhirnya kita tambahi jurusan otomotif.
yang sempat jadi besar, itu sudah saya rencanakan lama (buat Esemka)," cerita Sukiyat beberapa waktu lalu saat berbincang dengan detikcom.
garapan Sukiyat dan anak-anak SMK belum dilirik masyarakat Indonesia. Hingga akhirnya Wali Kota Solo yang saat itu dijabat oleh Joko Widodo memilih mobil
Sejak Esemka Rajawali digunakan Jokowi, mobil tersebut langsung melejit dan diberitakan di media massa nasional. Jalan Esemka tak mulus, saat namanya sudah mulai melambung mobil garapan Sukiyat itu malah tersandung masalah emisi gas buang yang terlampau tinggi.
Esemka pertama kali melakukan uji emisi pada 2010 dan diminta melakukan uji emisi kembali. Pada 2012, uji emisi mobil Esemka--yang merupakan prasyarat mobil bisa diproduksi massal-- gagal lagi.
Hingga akhirnya, di pengujian yang ketiga kali pada Agustus 2012, Esemka lulus uji emisi. Emisi gas buang mobil buatan anak bangsa ini sudah memenuhi standar.Esemka pada tahun 2012, tercata dua kali gagal melakoni uji emisi.
Masalah Esemka tak usai sampai di situ. Esemka rupanya masih harus mengatasi bobot kendaraan yang juga dinilai berlebihan. Dalam catatan detikcom, bobot mobil Esemka harus dikurangi hingga setengah.
Kemudian semakin ke sini nama Esemka mulai meredup seiring dan muncul saat waktu-waktu tertentu, terutama di masa-masa jelang Pemilu. Tak heran jika Esemka mendapat julukan sebagai kendaraan politik dan masih sering dikaitkan dengan nama Jokowi. Alasannya Jokowi menjadi salah satu orang yang mempopulerkan Esemka.
Esemka pun sempat berpindah-pindah tangan termasuk ke tangan mantan Kepala Badan Intelijen Negara A.M Hendropriyono. Hendropriyono kala itu dipercaya untuk mengurus Esemka atas peringah Jokowi agar bisa diproduksi massal dan menjadi pilhan baru masyarakat Indonesia.
Pada 2015 lalu, Hendropriyono melalui bendera PT Adiperkasa Citra Lestari melakukan penandatangan nota kesepahaman kerja sama dengan perusahaan otomotif Malaysia Proton Holdings Berhard. Proton Malaysia akan membantu perusahaan milik Hendropriyono untuk memproduksi mobil di Indonesia.
Nota kesepahaman kerja sama kedua perusahaan tersebut ditandatangani oleh Chief Executive Officer Proton Holdings Bhd Datuk Abdul Harith Abdullah dan CEO Adiperkasa Citra Lestari AM Hendropriyono di Proton Centre of Exellence, Shah Alam, Malaysia, Jumat (6/2/2015).
Turut menyaksikan penandatangan antara lain Presiden Jokowi, Perdana Menteri Datuk Seri Najib Tun Razak, Pemimpin Proton Tun Dr Mahathir Mohamad, Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Datuk Seri Zahrain Mohamed Hashim dan Duta Besar Indonesia untuk Malaysia Herman Prayitno.
Menyusul kepergian Presiden Jokowi ke Malaysia menyaksikan perjanjian kerja sama PT Adiperkasa Citra Lestari dan Proton, banyak yang beranggapan proyek itu akan menjadi mobil nasional. Namun Jokowi menegaskan untuk urusan mobil nasional yang dikembangkan adalah Esemka.
Esemka sempat menjadi 'rebutan'. Saat itu Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan rapat dengan sejumlah menteri untuk membahas pengembangan industri otomotif nasional. Salah satu hasil rapat itu adalah, Esemka membutuhkan modal awal Rp 100 miliar untuk mengembangkan produknya.
Salah satu perusahaan otomotif terkemuka di Indonesia, Garansindo--agen pemegang merek mobil-mobil mewah di Indonesia--menyatakan siap untuk berinvestasi dan mengembangkan Esemka menjadi mobil hasil rakitan lokal atau karya anak bangsa Indonesia.
Dua bulan setelahnya, tepatnya pada April 2015, CEO Garansindo Muhammad Al Abdullah mengeluhkan pihaknya susah untuk bertemu Esemka. Pada 21 April 2015, perusahaan pimpinan AM Hendropriyono, PT Adiperkasa Citra Lestari tengah meminang Esemka. Nama perusahaan pun berubah menjadi PT Adiperkasa Citra Esemka Hero (ACEH).
Sementara itu, pada Maret 2017, Esemka sudah menyiapkan pabrik di Boyolali. Saat itu pabrik sudah dalam tahap finishing. Kemudian pada tahun 2018, rupanya Esemka kembali berpindah tangan tak lagi di bawah Hendropriyono melainkan PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK).
Kemudian pada pertengahan Agustus 2019, Esemka mulai membuka diri. Presiden Direktur PT Solo Manufaktur Kreasi, Eddy Wirajaya turut hadir dalam pameran Industri Pameran Otomotif. Kehadiran Eddy pun sekaligus menjawab isu simpang siur yang menimpa mobil Esemka. Eddy pun meminta agar Esemka tak dikaitkan dengan Jokowi dan membocorkan mobil akan lahir dalam waktu dekat.
"Jangan hubung-hubungkan dengan Pak Jokowi, kasihan Pak Jokowi. Selalu Esemka dihubungkan dengan Pak Jokowi, kasihan beliau," ungkap Eddy belum lama ini.
Setelah melewati penantian panjang yakni 12 tahun, Esemka akhirnya meluncur juga. Jumat, (6/9/2019), PT SMK merilis mobil perdananya Esemka Bima yang juga disaksikan langsung oleh Presiden Joko Widodo dan jajaran menteri seperti Airlangga Hartarto hingga Budi Karya Sumadi.
Dalam peluncuran tersebut, PT SMK juga kembali menegaskan kalau Esemka bukanlah mobil nasional. Meski bukan mobnas, Eddy mengatakan Esemka dibuat di dalam negeri tanpa campur tangan asing. Jawaban Eddy tersebut juga sekaligus menampik tudingan kalau Esemka merupakan mobil duplikat dari China.
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?