Alasan Esemka Pilih Mobil Niaga Dibandingkan SUV

Alasan Esemka Pilih Mobil Niaga Dibandingkan SUV

M Luthfi Andika - detikOto
Kamis, 15 Agu 2019 15:16 WIB
Pintu mobil Esemka Foto: Ridwan Arifin
Jakarta - PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) akhirnya mengumumkan siap bersaing di industri otomotif Indonesia, dan murni menjadi perusahaan swasta tanpa ada embel-embel Jokowi.

Namun ada pertanyaan menggelitik, di saat Indonesia dan dunia berebut meraih hati konsumen kendaraan penumpang, sebut saja dengan menyajikan model city car, MPV, dan SUV, Esemka malah mengambil langkah dengan memperkenalkan kendaraan niaga.

Lebih lucu lagi, Esemka lebih dahulu melakukan uji jalan kendaraan penumpang di Indonesia dibandingkan kendaraan niaga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mobil SUV Esemka Tertangkap Kamera, Ada Emblem 'Garuda 1'. Mobil SUV Esemka Tertangkap Kamera, Ada Emblem 'Garuda 1'. Foto: dok. Facaebook




Lalu apa yang menjadi alasan Esemka memilih mobil pikap Bima 1.2 L dan 1.3 L untuk bisa dijual lebih dahulu? Orang nomor satu Esemka, Presiden Direktur PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) Eddy Wirajaya, di Hotel Gran Melia akhirnya memberikan penjelasannya.

"Kita tahu SUV saat ini tengah berkembang banget, kita tidak mau masuk, tapi dengan persiapan yang kurang jadi harus benar-benar (memilih segmentasi yang tepat-Red)," ujarnya.

Pabrik EsemkaPabrik Esemka Foto: Ragil Ajiyanto



Eddy juga menjelaskan apa yang menjadi alasan Esemka Bima memilih tenaga penggerak bensin.

"Kenapa nggak diesel? Kalau cc kecil diesel itu agak susah, bisa sih ditambah turbo. Tapi untuk di daerah itu turbo susah (belum terlalu awam oleh pengendara pedesaan-Red). Kalau kita ambil euro2 itu akan menjadi masalah, kan sudah euro 4. Dan mesin bensin kita ini sudah euro4," ujarnya.



Eddy pun menyimpulkan langkah apa yang diambil dirinya sekarang di Indonesia.

"Jadi langkah Esemka saat ini, pertama kami memperkenalkan kendaraan niaga. Kedua, kita bekerja sama dengan para supplier atau pemasok sparepart," ujarnya.

"Dan yang susah dicari jalan keluarnya adalah penetapan harga barang baku. Misalnya logam, China mereka ambil dari Indonesia lalu mereka menjual lebih murah dibandingkan dengan membuatnya di sini. Ini tantangan kita," tambahnya


(lth/ddn)

Hide Ads