Dalam unggahan tersebut juga disebutkan ada dua jenis lahan parkir yang ditawarkan yakni VIP dan Ekonomi dengan dua tarif berbeda.
Jika memarkirkan mobil di lahan 'VIP', satu jam pertama akan dikenakan tarif Rp 4.000. Namun di jam berikutnya bakal berlaku tarif Rp 25.000 secara flat. Sedangkan jika memarkir kendaraan di lahan 'Ekonomi' tarifnya sedikit lebih murah dari 'VIP'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di lahan 'Ekonomi' mobil bakal dikenakan tarif Rp 4.000/jam dan maksimalnya Rp 15.000. Tarif ini dinilai HMFH UPH lebih mahal dari tempat rekreasi.
Unggahan tersebut juga memberikan informasi mengenai tarif parkir di kampus-kampus lain di wilayah Jakarta. Jika diperhatikan tarifnya tak lebih mahal dari yang ada di UPH. Bagaimana tanggapan mahasiswa dan pengelola parkir terkait masalah tarif parkir ini? Simak ulasannya berikut.
Disebut Area Parkir VIP
Foto: Rizki Pratama
|
Untuk area parkir kendaraan ekonomi harganya Rp 4.000 jam pertama, Rp 3.000 untuk jam berikutnya sampai maksimal Rp 15.000. Tapi area parkir ekonomi itu lebih kecil daripada area parkir VIP yang harganya sampai Rp 25.000.
"Tarif parkir ini ada dua wilayah untuk roda empat yang cukup jauh dari gedung kuliah itu satu jam pertama Rp 4.000, satu jam berikutnya Rp 3.000 sampai maksimal Rp 15.000. Lalu ada tarif parkir VIP yang bahkan cakupannya sangat luas itu satu jam pertama Rp 4.000 begitu lewat satu jam langsung Rp 25.000 jadi penambahan tidak berjenjang tapi langsung," ujar Ketua Himpunan Mahasiswa Fakultas Hukum (HMFH) UPH, Jovin Kurniawan saat ditemui detikcom usai kegiatan kuliahnya.
DibilangΒ Mahal, Apa Kelebihannya?
Foto: Rizki Pratama
|
"Bedanya jarak tempat parkir ke gedungnya. Secara fasilitas itu nggak ada bedanya dari misalkan di VIP ada pengamanan yang lebih ketat, atap atau kanopi untuk menghindari hujan panas, itu nggak ada. Masalah jarak aja," ungkapnya.
Untuk bekas sirkuit yang digunakan sebagai lahan parkir pun bisa dikatakan cukup membahayakan keamanan kendaraan. Mobil diparkir melintang di pinggir jalan yang bagian belakang beralaskan tanah sedangkan setengah bagian depan mobil di pinggir sirkuit beraspal. Jika dalam kondisi basah, ban belakang bisa selip karena tanah yang lembek.
Selain itu saat disambangi langsung oleh detikcom, tidak ada batas jelas antara area VIP dan ekonomi yang menggunakan bekas lintasan balap itu. Lintasan balap yang menghubungkan parkiran VIP dan Ekonomi tersebut menjadi area tambahan jika parkir VIP atau Ekonomi sudah penuh.
Penjelasan Pengelola Parkir
Foto: Rizki Pratama
|
"Kami melayani kebutuhan fasilitas parkir untuk mahasiswa UPH yang terus berkembang, dengan pelayanan terbaik dan mengutamakan keamanan serta kenyamanan. Kami berkomitmen menyediakan fasilitas parkir yang mengakomodasi kebutuhan terutama bagi mahasiswa," buka Project Manager Sky Parking Andi Kuswandi, dalam surat resmi yang diterima detikcom, Kamis (20/6/2019).
Untuk parkir mahasiswa UPH, Sky Parking Utama menyediakan lahan parkir dengan kapasitas sekitar 1.500 kendaraan roda empat dengan tarif Rp 4.000 untuk satu jam pertama, dan Rp 3.000 untuk penambahan setiap satu jam berikutnya, dengan tarif maksimal Rp 15.000 untuk seharian.
"Kebijakan ini untuk meringankan mahasiswa yang akan berkegiatan lama di kampus. Adapun penetapan tarif parkir sudah berlaku sejak 2015 sesuai dengan Peraturan Bupati Tangerang Provinsi Banten Nomor 108 Tahun 2015 Tentang Biaya Parkir. Mengingat berdekatan dengan kampus UPH terdapat gedung perkantoran yang dikelola PT Sky Parking, maka manajemen menyediakan area parkir komersial dengan tarif parkir Rp 4.000 untuk jam pertama dan tarif flat Rp 25.000 untuk satu hari penuh. Sarana parkir ini ditujukan untuk memfasilitasi kebutuhan karyawan perkantoran di sekitar kampus UPH. Penyediaan area parkir untuk mahasiswa menjadi prioritas. Dengan harga yang terjangkau yaitu maksimal Rp 15.000 seharian. Sementara untuk area parkir perkantoran memang diterapkan harga khusus. Tarif ini sudah diterapkan sejak tahun 2015," jelasnya.
Sementara untuk prasarana area parkir terus ditingkatkan di antaranya dengan penambahan penerangan di seluruh area parkir, perbaikan jalan, perapihan marka-marka area parkir, pengaturan jalur keluar dan masuk, relokasi gate parkir, hingga system pembayaran digital bekerja sama dengan OVO Payment.
"Terkait dengan aspirasi mahasiswa, pihak kami selalu terbuka. Hal ini didukung dengan menajemen UPH yang membuka akses bagi organisasi mahasiswa dalam hal ini Majelis Perwakilan Mahasiswa (MPM) yang membawahi seluruh organisasi mahasiswa di UPH untuk menyampaikan aspirasi mahasiswa. Dalam tahun ini sudah dua kali kami bertemu dengan perwakilan MPM dan General Affair UPH untuk membicarakan aspirasi mahasiswa, di antaranya pada bulan Februari dan Maret 2019. Dari kedua pertemuan tersebut kami sudah mengakomodasi aspirasi mahasiswa di antaranya untuk penerangan, perbaikan jalan, serta pengaturan arus kendaraan untuk menghindari kemacetan," tambah Andi.
Sosialisasi juga dilakukan melalui jalur kemahasiswaan dan pihak UPH. "Kami selalu terbuka dengan masukan-masukan untuk menjamin kenyamanan dan keamanan pengguna parkir di kampus UPH," tutup Andi.
Masih Banyak yang Bawa Mobil karena Transportasi Umum Minim
Foto: Rizki Pratama
|
"Mahasiswa itu hampir setiap harinya bayar Rp 25.000 karena minimal sehari ada beberapa mata kuliah. Parkir ekonomi lebih sempit wilayahnya, biasanya sudah penuh sama yang kelas pagi jam 7 lewat, mau tidak mau pakai parkir VIP," ungkap Ketua Himpunan Mahasiswa Fakultas Hukum (HMFH) UPH Jovin Kurniawan saat ditemui detikcom.
Mereka pun sudah mengajukan surat dan meramaikan media sosial agar pihak kampus mendengar keluhan mereka, soal parkir ini pun sudah dibicarakan dengan orang tua. "Orang tua baru omongan informal, ini belum resmi dari himpunan cuma memang ada yang kasih saran. Karena mahasiswa ini kan kebanyakan sumber keuangannya masih mayoritas dari orang tua jadi ini bisa jadi bukan hanya keresahan mahasiswa tapi orang tua juga membiayai," ungkap Jovin mewakili aspirasi teman-temannya.
"Kuliah di sini biayanya sudah cukup tinggi dibanding kampus lain terus kita harus bayar parkir lebih mahal lagi setiap harinya," tambah Jovin.
Jovin menambahkan masih banyak mahasiswa yang membawa mobil ke kampus karena akses transportasi umum ke institusi pendidikan tersebut sangatlah minim. "Di sini tidak banyak alternatif transportasi umum sehingga nggak ada pilihan selain membawa kendaraan pribadi," ujarnya.
Transportasi umum terdekat adalah transJakarta yang terletak 2 km dari kampus. Jarak tersebut dirasa cukup jauh terlebih lagi ketika ada keharusan membawa beban tambahan untuk praktikum. "Kalau nggak mau jalan kaki harus mengeluarkan biaya tambahan naik transportasi online terlebih lagi membawa barang berlebih untuk kebutuhan praktikum misalnya," jelas Jovin.
Sedangkan untuk kendaraan angkot beberapa teman Jovin mengatakan belum cukup percaya untuk menggunakannya. Mulai dari keamanan, manajemen waktu, serta kampusnya sendiri yang tidak mengizinkan angkot menaikkan dan menurunkan penumpang di areanya.
"Kalau yang cewek-cewek bilang masih kurang terjamin keamanan di angkot. Selain itu nggak semua orang cukup percaya dengan transportasi umum manajemennya. Masalah waktu juga, sehingga di jam tertentu itu ramai sekali. Terus kampus juga sudah melarang angkot berhenti di sekitar sini," ujar Jovin.
Ada Lahan Parkir Bekas Lintasan Balap
Foto: Rizki Pratama
|
Kebetulan sekali beberapa bagian lintasan sirkuit ini berada di pinggiran area kampus. Karena tidak aktif lagi sebagai sarana adu cepat, lintasan ini pun dimanfaatkan oleh pengguna mobil ke kampus ini untuk tempat parkir.
"Di belakang ada parkiran sirkuit, itu dipakai kalau parkiran biasa atau parkiran VIP udah penuh," ujar Billy, salah seorang mahasiswa di UPH.
Tak hanya lintasan saja, beberapa pitstop pun juga dimanfaatkan sebagai tempat parkir yang tarifnya lebih mahal dari parkir biasanya. Untuk diketahui, di UPH ada dua area parkir yaitu ekonomi dan VIP. Nah di area VIP ini parkiran pitstop itu berada dan biasanya membayar biaya lebih di luar tarif parkir VIP.
"Ini dulunya pitstop, sekarang jadi satu-satunya parkiran yang ada atapnya. Tapi untuk pakai parkir ini harus tambah lagi bayar ke yang jaga Rp 10.000," ungkap Billy.
Halaman 2 dari 6
Komentar Terbanyak
Begini Pengakuan Polisi Sopir Rantis yang Lindas Affan Kurniawan
Pajak Mobil Indonesia Dicap Paling Tinggi Sedunia
Bayangin Aja! Pajak Toyota Avanza Rp 150 Ribu, Nggak Ada Gesek 5 Tahun Sekali