Tak hanya mobil untuk penggunaan harian, pembuat supercar pun sudah banyak yang mengadopsi teknologi ramah lingkungan ini. Contohnya adalah Tesla Model S atau supercar buatan China, Venera.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menurut saya, mobil sport itu yang paling menarik adalah suaranya dan getarannya. Dua hal itu menurut saya tidak bisa digantikan (oleh supercar listrik)," ujar Presiden Lamborghini Club Indonesia Buce Widjojo, di sela-sela kegiatan LCI Bull Run 2018, di Solo Jawa Tengah, Sabtu (27/10/2018).
Akan tetapi kata Buce, bukan berarti ia menolak keberadaan mobil listrik. "Untuk mobil harian pakai jenis listrik nggak apa-apa. Tapi kalau supercar nggak. Susah buat digantikan," terang Buce.
Pria ramah ini pun memprediksi supercar konvensional bakal jadi salah satu barang bernilai tinggi di masa depan, terutama ketika era kendaraan listrik sudah lepas landas.
"Kalau saya ibaratkan, supercar konvensional itu seperti arloji mekanik. Dulu arloji mekanik mahal sekali karena cara kerjanya rumit. Lalu keluar arloji elektronik yang akurat (harga arloji mekanik pun jatuh). Tapi sekarang coba lihat, harga 1 arloji mekanik bisa untuk beli 100 arloji elektronik. Supercar nantinya akan seperti itu setelah kedatangan era kendaraan listrik," pungkas Buce. (lua/rgr)












































Komentar Terbanyak
Malaysia Tolak Tawaran Bank Dunia, Harga Bensin RON 95 Tetap Rp 8.000!
Mobil Nasional Bikinan RI Bakal Dijual di Bawah Rp 300 Juta
Perpanjang STNK Tanpa KTP Pemilik Lama, Bea Balik Nama Mobil Bekas Dihapus