Dolar Menguat, Daihatsu Masih Tahan Harga Jual

Dolar Menguat, Daihatsu Masih Tahan Harga Jual

Ridwan Arifin - detikOto
Senin, 22 Okt 2018 15:43 WIB
Logo Daihatsu Foto: Ari Saputra
Jakarta - Serangan kenaikan dolar terhadap nilai tukar rupiah masih dirasakan. Hal tersebut dirasa akan ikut mempengaruhi harga jual di pasar otomotif di Indonesia. Namun ternyata PT Astra Daihatsu Motor (ADM) mengaku kenaikan harga yang terjadi bukan karena serangan dolar.



Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Marketing & Costumer Relation Divisi Head PT Astra International Daihatsu Sales Operation (AI-DSO) Hendrayadi Lastiyoso di sela-sela acara Festival Daihatsu & Trade In di Astra Biz Center BSD Tangerang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau kenaikan harga sebenarnya bukan karena USD Dolar, kita belum menyesuaikan dengan US Dolar, kenaikan harga bulan Oktober kemarin karena ada Euro4, karena harus ada penambahan catalytic converter di semua model maka harga kan naik Rp 1 sampai 2 juta," kata Hendrayadi.



Daihatsu sampai saat ini belum bisa memastikan kapan akan berbagi kesulitan dengan konsumennya terkait serangan dolar terhadap nilai tukar rupiah. Menurutnya butuh banyak pertimbangan, salah satunya juga melihat kompetitor.

"Belum diputusin (sampai kapan) karena kan tidak serta merta juga US Dolar naik terus maka harga naik, karena kan kita bersaing dengan kompetitor juga kan, jadi kita belum tahu apakah akan ada penyesuaian harga lagi akibat US Dolar tersebut atau bukan," jelas Hendrayadi.

Hendra mengungkapkan memang kenaikan harga jual mobil dipengaruhi tidak hanya perubahan kurs saja. Sampai saat ini serangan dolar masih belum bisa menembus pertahanan Daihatsu.

"Memang dari dulu selalu kita bilang kenaikan harga itu pertama adalah perubahan kurs, kedua adalah biaya balik nama, dan ada lagi yang lainnya, tapi kali ini kita walaupun kurs sedang tinggi kita masih mengkaji saja, jadi belum tahu kapan penyesuaiannya, Alhamdulillah masih aman," kata Hendrayadi.



Dia juga mengatakan kenaikan dolar belum begitu banyak mempengerahui biaya operasional. Pasalnya porsi konten lokal masih mendominasi produksi sehingga mampu menekan biaya impor.

"Tentunya lokal konten kita belum 100 persen masih ada tetep ada impor kontennya tetapi masih bisa kita bisa absorb, pasti mempengaruhi dong biaya pembelian tapi tidak terlalu besar, jadi selama ini masih bisa menutup dan kita memperhitungkan tapi kita belum tahu kapan apakah tahun ini atau tidak (naik harga pengaruh dollar)," ungkap Hendrayadi. (lth/rgr)

Hide Ads