Pengendara Mobil Super Suka Ugal-ugalan?

Banteng Anyar Lamborghini. Foto: Rifkianto Nugroho

Jakarta - Pengendara mobil super cepat identik dengan pelanggaran lalu lintas. Mobil berperforma tinggi rata-rata berharga miliaran rupiah. Melihat kondisi ekonomi rakyat Indonesia, jumlah mobil super yang mengaspal di jalan raya Indonesia tak seberapa dibanding dengan mobil-mobil biasa yang masih berkisar ratusan juta rupiah saja.

Tidak dapat dihindari pemilik mobil ini akan merasa bangga dan eksklusif jika melintas di jalan raya. Kemampuan performa mobil yang sangat tinggi memang akan sangat disayangkan jika hanya dipajang di garasi mobil rumah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menguji nyali dan ketangguhan mobil sport pun sering dilakukan oleh sejumlah orang di jalanan umum. Namun tak jarang hal ini menyebabkan kecelakaan karena kelalaian dan kurang waspadanya pengendara.

"Komunitas kami selalu mengingatkan ketika sebelum touring dalam kota atau luar kota, STNK dipastikan sudah dibayar, pastikan keamanan berkendara seperti safety belt, dan tidak mengkonsumsi alkohol," ujar Presiden Direktur Prestige Image Motorcars, Rudy Salim yang ditemui saat launching Lamborghini Huracan di Pluit, Jakarta Utara.

Sudah banyak contoh kasus kecelakaan akibat mobil super yang keburt-kebutan. Tahun lalu sebelumnya di daerah Tebet juga pernah terjadi kecelakaan yang disebabkan oleh dua pengendara mobil mewah setelah menabrak pembatas jalan. Kedua pengemudi mobil tersebut nyaris menjadi bulan-bulanan warga yang marah akibat kelalaian pemilik mobil sport tersebut.

Contoh lain, Maret 2018 lalu terjadi tabrakan beruntun ketika touring komunitas Lamborghini di Tol Cipali. Namun, Rudy membantah bahwa komunitas mobil super suka ugal-ugalan.

"Pemilik supercar ini adalah pebisnis yang memiliki passion di mobil, bukan anak muda yang ugal-ugalan," demikian Rudy menyampaikan kepada awak media mengenai rekan-rekan komunitas mobil supernya. (rgr/ddn)