Pelajaran dari Musibah Tanjakan Emen, Jangan Pakai Sopir Tembak

Pelajaran dari Musibah Tanjakan Emen, Jangan Pakai Sopir Tembak

Rangga Rahadiansyah - detikOto
Sabtu, 17 Mar 2018 07:04 WIB
Minibus Travel Kecelakaan di Tanjakan Emen. Foto: Dian Firmansyah
Jakarta - Sopir pengganti memang dibutuhkan ketika sopir utama merasa terlalu lelah. Tapi, bukan berarti sopir resmi bisa menyerahkan kendali kendaraannya ke sopir tembak.

Beberapa hari lalu kembali terjadi kecelakaan di Tanjakan Emen. Sebuah minibus yang membawa 15 orang penumpang mengalami kecelakaan tunggal saat melaju ke arah Subang. Disebut Kapolres Subang AKBP M Joni, minibus tersebut dikendalikan oleh sopir tembak.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Instruktur Safety Driving di Rifat Drive Labs, Andry Berlianto, menilai penggunaan jasa sopir tembak tidak bagus juga. Karena sopir tembak identik dengan sopir cabutan dan tidak resmi sehingga pertanggungjawaban pun minim.

Nah kalau sopir utama lelah bagaimana? "Gunakan sopir pendamping resmi (bukan kernet) yang memang secara profesi adalah pengemudi," kata Andry kepada detikOto.



Di situlah peran perusahaan penyedia jasa transportasi umum dibutuhkan. Mereka mesti menyiapkan sopir cadangan resmi, bukan sopir yang ditunjuk dadakan.

"Idealnya begitu. Dan saat kendaraan bergerak, si pengemudi cadangan resmi jangan ikut melek mendampingi pengemudi, melainkan memaksimalkan masa istirahat dengan duduk di baris belakang atau kabin jika ada," sebut Andry.


Kawasan Tanjakan Emen di Subang, Jawa Barat memang menjadi salah satu kawasan jalan yang paling sering menjadi lokasi kecelakaan di Indonesia. Nama tanjakan jalan ini bahkan diganti pada Februari 2018 lalu menjadi tanjakan aman untuk mengubah pandangan masyarakat yang berpendapat bahwa tanjakan Emen merupakan jalan berbahaya.

Jalan ini sendiri termasuk salah satu jalan dengan kategori yang paling butuh ekstra kehati-hatian saat dilewati di Indonesia. Direktur Pengembangan Jaringan Jalan Ditjen Bina Marga Rachman Arief Dienaputra, mengatakan jalan ini masuk dalam kategori tersebut karena membutuhkan kewaspadaan yang tinggi dalam melaluinya.

"Di daerah itu sering remnya blong. Ada terkait layak fungsi kendaraan juga. Tapi jalanannya juga tajam, harusnya remnya bagus. Itu berhubungan. Misalnya belokan tajam, tanjakan curam, turunan yang tajam, seperti itu yg butuh kehati-hatian dari pengendara jalan," katanya.

Angka kecelakaan di tanjakan emen memang terbilang cukup tinggi. Setidaknya sudah ada lebih dari 50 korban jiwa yang direnggut dari kecelakaan di tanjakan emen sejak 2004.

Medannya turunan atau tanjakan yang curam di saat ada belokan tajam pun membuat kawasan ini butuh ekstra waspada untuk dilalui.

"Jalan-jalan yang kita buat sebenarnya pasti memenuhi syarat aspek keselamatan. Untuk jalan-jalan yang kategori berbahaya, katakanlah kategori jalan yang blackspot, kita ada pengaturan-pengaturan dengan rambu-rambu, atau kalau misalnya ada belokan yang tajam, yang sering terjadi kecelakaan, kita lengkapi dengan rambu dan speed rem (peredam kejut). Sehingga saat dia mendekati belokan yang tajam, dia akan memperlambat kendaraannya, atau ada rambu-rambu yang menunjukkan ada belokan tajam dan tanjakan curam," jelas Rachman.

Pemerintah sendiri akan segera membangun jalur khusus atau escape road di jalur tanjakan emen. Jalur khusus tersebut disediakan bagi pengendara yang memiliki masalah di sistem pengereman saat berjalan di turunan.

Jalur penyelamat tersebut akan dibangun oleh pemerintah provinsi Jawa Barat dengan bantuan dari pemerintah pusat atau dalam hal ini Kementerian PUPR (rgr/ddn)

Hide Ads