Ancang-ancang Toyota Bangun Pabrik Mobil Listrik di Indonesia

Ancang-ancang Toyota Bangun Pabrik Mobil Listrik di Indonesia

Muhammad Idris - detikOto
Jumat, 26 Jan 2018 13:13 WIB
Foto: Toyota
Jakarta - Pengembangan mobil listrik kini tengah menjadi tren dunia, baik di negara maju maupun negara berkembang. Toyota pun mulai mengikuti tren ini. Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahjono, mengatakan pihaknya secara bertahap mulai mempersiapkan produksi komponen-komponen yang dibutuhkan untuk membuat mobil listrik.

"Kita Toyota Indonesia berkomitmen membangun electric vehicle di Indonesia. Dipersiapkan, electric vehicle ada 3 main component, baterai, motor, dan inverter. Semuanya sama," ujar Warih kepada detikOto di Jakarta.

Lanjut dia, sebelum melangkah lebih, pihaknya perlu secara cermat mempertimbangkan 4 pilar utama dalam pengembangan mobil listrik sebelum masuk fase produksi masal di Indonesia. Keempatnya yakni supply chain, infrastruktur, customer, dan regulasi pemerintah (goverment).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Untuk mempersiapkan 4 item itu perlu waktu. Tapi waktunya enggak selama negara yang sudah maju, mereka kan mulai dari nol. Kita enggak, karena sudah ada teknologinya, jadi enggak selama itu, antara 4 sampai 5 tahun," jelas Warih.

Menurutnya, supply chain jadi pekerjaan rumah yang perlu dibereskan Toyota di Indonesia jika ingin secepatnya merealisasikan produksi. Ini mengingat 70% item di dalam satu mobil utuh, berasal dari supplier.

"Pertama supply chain, seperti powertrain engine sampai transmisi. Nah itu supplier produksi barang A, kemudian supplier satunya produksi B, itu harus disiapkan. Investasi lama juga harus return dulu, baru siapkan investasi baru (untuk mobil listrik). Jadi harapannya ini teknologi baru, komponen-komponen ini bisa diproduksi di Indonesia," paparnya.

Soal konsumen, juga perlu dipertimbangkan matang-matang. Meski potensi mobil listrik di Indonesia sangat besar, edukasi kepada masyarakat terkait mobil tanpa emisi ini belum maksimal.

"Hanya 87 dari 1.000 orang Indonesia yang punya mobil. Artinya domestic market masih sangat besar. Kalau besar pasarnya, industrinya bisa di-create di sini. Makanya perlu creating education untuk customer," ungkap Warih.

"Misalnya servis electric vehicle apakah nanti sejam sama dengan mobil lain, kalau 6 jam ya nggak laku. Kemudian apakah mudah dikendarai, ini sama ceritanya dulu educate mobil otomatis, apakah konsumen lebih senang, biaya servisnya juga enggak jauh beda. Di Jepang saja, setelah 10 tahun baru 8% marketnya," imbuhnya.

Ketiga yakni regulasi pemerintah. Menurutnya, saat ini saja, orang harus membayar mahal untuk membeli mobil listrik lantaran pajaknya yang belum disesuaikan.

Terakhir, sambungnya, yakni keterkaitannya dengan infrastruktur yang terbangun untuk mendukung mobil listrik, khususnya stasiun pengisian listrik.

"Jadi negara seperti Kanada saja dia menciptakan area khusus. Karena electric vehicle infrastrukturnya enggak bisa sekejap, meski itu negara maju sekalipun. Misalnya di Indonesia bisa diterapkan di satu kota misalnya Bali," pungkas Warih. (idr/ddn)

Hide Ads