Toyota: Mobil Hybrid Paling Realistis

Mobil Emisi Rendah

Toyota: Mobil Hybrid Paling Realistis

Ruly Kurniawan - detikOto
Senin, 28 Agu 2017 08:28 WIB
Toyota: Mobil Hybrid Paling Realistis
Toyota Prius, salah satu mobil terbaik dunia yang menggunakan teknologi hybrid. Foto: World Car Awards
Jakarta - Toyota sebagai produsen mobil terbesar di Indonesia mengaku siap bertransformasi menuju mobil rendah emisi.

"Untuk menciptakan mobil dengan economic fuel consumption seperti hybrid, electric vehicle (EV) dan fuel cell (hidrogen) kita akan terus siap karena hal ini tidak bisa dibendung. Pasti akan terjadi. Tergantung dukungan dari pemerintah juga," papar Direktur Administrasi PT Toyota Motor Facturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam akhir pekan lalu.

Meski begitu, dirinya mengaku, Indonesia masih memiliki Pekerjaan Rumah (PR) yang cukup banyak agar dapat mencapai hal tersebut, terutama untuk mobil listrik. "Kalau kita berbicara EV atau mobil listrik, pengembangannya tidak gampang. Infrastruktur harus dibagusin lagi, pasarnya juga harus di-educate, pajaknya, regulasi, banyak lagi dan semua memang butuh tahapan," katanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dirinya menambahkan, meskipun membutuhkan waktu dan tahapan tertentu, perubahan transformasi dari mobil berbensin menuju mobil listrik haruslah bertahap. Karena itu Toyota menilai, saat ini, mobil hybrid lebih realistis.

"Tidak bisa lompat langsung ke mobil listrik. Oleh karena itu kita hadirkan hybrid. Lambat laun akan mengarah kesana," papar Bob.

"Paling realistis untuk kita melangkah ialah ke mobil hybrid karena tidak terlalu membutuhkan berbagai infrastruktur yang harus ada untuk mobil listrik," tambah Bob.

Namun, berapa lama kah perpindahan yang diperlukan oleh pasar Indonesia untuk melangkah ke sana? "Kalau masalah waktu, itu tergantung kepada kesiapan pasar, edukasinya. Kalau mau lihat perbandingan, di Thailand itu butuh waktu sekitar 5 tahunan," ujar Bob.

Memang untuk menggerakkan pasar untuk bertransformasi ke sana harus membutuhkan kerjasama yang lebih intensif terhadap pemerintah dan produsen otomotif.

"Kita harus sama-sama kerja keras antara pemerintah dengan kita, produsennya. Tapi sejauh ini road map dari Kementerian Perindustrian sepaham kok dengan roadmap TMIIN," ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Bob juga berharap bahwa nasib perubahan haluan tersebut berakhir seperti percobaan perubahan sebelumnya, yakni mobil gas. "Semoga aja ya tidak seperti zaman perubahan ke mobil gas yang tidak didukung oleh infrastruktur. Tapi saya punya keyakinan sendiri sih untuk transformasi ini," tutup Bob. (ddn/ddn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads