Justru mereka lebih memilih naik taksi otonom daripada menyetir mobilnya sendiri dan memilikinya. Itu terlihat dari hasil survey perusahaan asal Jerman, Roland Berger seperti dilansir Nikkei, Selasa (30/5/2017).
Sebuah polling yang dilakukan pada bulan Februari lalu dari 1.000 konsumen di sekitar 10 negara termasuk China, Amerika, dan Jepang. Hasilnya 46 persen mengatakan mereka tak akan membeli mobil lagi jika taksi otonom sudah tersedia karena harganya lebih murah daripada membayar biaya kepemilikan mobil.
Orang-orang yang tinggal di negara yang cukup padat penduduknya lebih antusias soal di masa depan tak memiliki mobil lagi. Sementara 59 persen responden dari Belanda dan 56 persen responden dari Jepang mengatakan mereka tak ingin membeli mobil lagi, hanya sekitar 35 persen warga AS dan 27 persen warga China masih mau membelinya.
Mobil listrik yang juga diprediksi menjadi mobil masa depan cukup diminati dengan 37 persen responden tertarik membelinya. Warga China lebih menyukai mobil listrik dengan presentase sebesar 60 persen mengatakan bakal membeli mobil listrik diikuti 54 persen warga Korea Selatan, dan 51 persen di India.
Hanya sekitar 22 persen orang Jepang dan 20 persen orang Amerika yang tertarik membeli mobil listrik karena harganya yang mahal. Banyak yang memprediksi mobil otonom akan lebih menyebar secara luas di 2021. Survey tersebut juga menunjukan harga baterai dan komponen mobil listrik akan turun dari US$ 200/kWh menjadi US$ 120/kWh pada tahun 2020. (dry/lth)












































Komentar Terbanyak
Mobil Rp 150 Juta Banyak Seliweran, Kata Menko Airlangga Bikin Tambah Macet
Tanggapan TransJakarta soal Emak-emak Ngamuk Nggak Dikasih Duduk
Cas Mobil Listrik Berujung Maut, 5 Orang Tewas pada Kebakaran di Jakut