Foto: Dadan Kuswaraharja |
Di daerah ini memang terkonsentrasi dengan para pengusaha batik dengan berbagai merek.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka ditemui langsung oleh pengusaha sekaligus pelestaribbatik Katura. Bersama anak perempuannya dengan telaten mengajari para risers cara membatik dengan malam atau lilin yang panas. "Aw panas juga ya," ujar seorang risers.
Mereka berusaha menggambar motif awan di kain batik yang sudah disediakan dengan logo Datsun. Setelah selesai, kain itu kemudian dicelupkan ke pewarna.
Foto: Dadan Kuswaraharja |
Katura sudah membatik sekitar 43 tahun atau dari 1974. Dia sudah membantu orang tuanya semenjak umur 11 tahun. Hingga akhirnya pada 1974 membuka usaha batik sendiri yang sudah diakui oleh pemerintah Indonesia.
Menurut dia, batik perlu dilestarikan karena sudah menjadi warisan budaya oleh Unesco. Soal warisan budaya ini pernah menjadi polemik karena Malaysia juga turut mendaftarkan batik sebagai warisan budaya. Katura puj menceritakan bagaimana akhirnya Unesco memilih Indonesia sebagai asal usul batik.
Foto: Dadan Kuswaraharja |
"Unesco mengirimkan tim ke Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia kita dipanggil, dari mana belajar membatik, dari orang tua, orang tuanya kemudian ditanya dari mana belajar batik, dari orang tuanya begitu seterusnya sampai 8 generasi yang sudah tidak bisa ditemui lagi. Saat di Malaysia, tim Unesco bertanya dari mana belajar membatik, katanya dari Jawa, jadi betul batik asalnya dari sini," ujarnya.
Kepada detikOto, Katura mengatakan ada dua motif batik yang ditekuninya yakni motif keratonan dan pesisiran. Mega mendung merupakan motif yang paling disukai karena merupakan warisan budaya Cirebon yang khas. Dia sendiri sudah mendaftarkan hak paten untuk desainnya sendiri, tapi menurut dia, hal itu tidak penting, dia tidak mempermasalahkan soal paten karena menurut dia yang penting soal batik adalah bisa diwariskan ke generasi mendatang.
"Suratnya di Jakarta sudah jadi tapi belum saya ambil. Tapi ya batik itu kan buat warisan anak cucu," ujarnya sambil tersenyum. (ddn/lth)












































Foto: Dadan Kuswaraharja
Foto: Dadan Kuswaraharja
Foto: Dadan Kuswaraharja
Komentar Terbanyak
Mobil Rp 150 Juta Banyak Seliweran, Kata Menko Airlangga Bikin Tambah Macet
Tanggapan TransJakarta soal Emak-emak Ngamuk Nggak Dikasih Duduk
Cas Mobil Listrik Berujung Maut, 5 Orang Tewas pada Kebakaran di Jakut