Isuzu: MU-X dan D-Max Turun Spek Gara-gara BBM Belum Oke

Isuzu: MU-X dan D-Max Turun Spek Gara-gara BBM Belum Oke

Khairul Imam Ghozali - detikOto
Selasa, 24 Jan 2017 12:58 WIB
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta - Isuzu mengaku kesulitan untuk mengembangkan mobil penumpangnya di Indonesia. Salah satu masalah yang jadi batu hambatan adalah kualitas bahan bakar yang masih standar Euro2.

Mobil Isuzu MU-X dan D-Max saat ini hanya diproduksi di Thailand dengan target ekspor ke berbagai negara. "Sekarang nih di Indonesia D-Max dan MU-X, itu Euro4 yang di Euro2 kan gitu. Jadi ini yang bagus harus dijelekkin, teknologinya dari Euro4 dijadikan Euro2," ujar Director of Product Planning Division PT Isuzu Astra Motor Indonesia Edy Jusuf Oekasah, kepada wartawan, di Jakarta.

Permasalahan tersebut dikatakan pria yang akrab disapa Oje, menguras biaya yang lebih banyak. Karena teknologi mobil harus diubah. "Nah Euro2 misalkan salah satunya aja, salah satu teknologi yang harus kita perbaiki, nozzle, nozzle Euro4 itu aman dari endapan sulfur, jadi enggak perlu lapisan tambahan," tuturnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nah untuk Euro2 karena sulfurnya itu tinggi, kotoran tinggi kita harus lapisi jarum nozzle sama rumah-rumahan. Jarumnya itu pake yang namanya diamond light carbon, supaya ga scratch, nah itu nambah uang kan untuk Euro2," pungkasnya.

Karenanya di tahun ini, Isuzu menurunkan target penjualan untuk Isuzu D-Max menjadi 600 unit, dari tahun 2016 yang penjualannya mencapai 1.445 unit.

Kalaupun jika Isuzu ingin mengembangkan mobil di Indonesia, hal ini terkendala masalah volume yang belum cukup banyak. Oleh karena, akan terasa sia-sia apabila D-Max diproduksi dengan jumlah banyak untuk pasar Indonesia. "Nah jadi kita cari market internasonal, world wide market. Nah dengan demikian keekonomisannya bisa masuk," ungkapnya.

Begitu pula dengan produk Isuzu lainnya yaitu mu-X, yang dikatakan Oje punya kualitas untuk bersaing di pasar Indonesia. Namun lagi-lagi faktor standar emisi, dianggap Oje jadi penghambat, untuk mu-X bersaing di pasar Indonesia.

"Karena apa? Karena ini market dunia, yang di pasarkan untuk negara-negara Euro4 itu sudah unggul, keliahatan dari launching tahun lalu di Thailand ya. Nah itu kita mau masukin ke Indonesia, tapi karena disini masih Euro2, kalau kita masukin yang Euro4 sementara lawan kita Euro2, ini akan jompalng. Disitu problemnya," pungkasnya.

(khi/ddn)

Hide Ads