Iskandar Zulkarnain, Pahlawan Tarian dari Lampung

Datsun Risers Expedition

Iskandar Zulkarnain, Pahlawan Tarian dari Lampung

Khairul Imam Ghozali - detikOto
Senin, 14 Nov 2016 11:43 WIB
Iskandar Zulkarnain, Pahlawan Tarian dari Lampung
Foto: Ari Saputra
Bandar Lampung - Tak hanya melakukan petualangan di berbagai daerah wisata atau obyek menarik lainnya, Datsun Risers Expedition (DRE) 2, juga mengangkat sosok pahlawan lokal.

Kali ini kita berkenalan dengan tokoh budaya Iskandar Zulkarnain, yang tinggal di salah satu Desa tertua di Lampung, Desa Wana, Kecamatan Melinting, Lampung Timur. Iskandar dengan konsisten berupaya mengangkat salah satu budaya yang sudah diakui mendapat pengakuan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2012, yaitu tarian Melinting.

"Dan kita memang mengajukan ke sana. Jadi tari melinting ada tari kreasi dan asli, yang dibakukan oleh rekan-rekan di Lampung Timur, kawa-kawan dari 7 desa yang masuk marga melinting," ujar Iskandar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Iskandar Zulkarnain, Pahlawan Tarian dari LampungFoto: Khairul Imam Ghozali


Tarian Melinting ini merupakan tarian khas dari desa Wana, Lampung Timur, yang merupakan tarian adat untuk menyambut kehadiran para tamu.

"bukan saya sendiri yang berpikir sperti ini, cuma kita dengan ratu melinting juga lampung timur mencoba berusaha tarian melinting ini sudah di akui di mancanegara," ungkap Iskandar.

Adapun alat musik yang digunakan khusus untuk mengiringi tarian Melinting ini adalah talok balak yang menyerupai gamelan.

"Dan itu tabuhan yang ada suara atau nada yang keluar, itu semua milik kita melinting, asli melinting, bukan punya wana. Itu milik marga melinting. Ga semua orang bisa, Kalau yang khas banget ya itu dari kami alat musik talok balak itu," kata Iskandar.

Selain tarian melinting dan Talok Balak, ada juga kuliner dan rumah adat yang diangkat dan di pertahankan ke khasannya.

"Makanan Sayur pangacangan, gulai balung, sama cobek, tapi yang paling penting pangacangan ini karena khas untuk kita,"

"Kalau rumah adat yang ada keseluruhan total semua 120an rumah panggung. Tapi tidak semua ada penghuninya, tapi masih asri. Dan karena begini, di desa Wana orang mana pun bikin rumah panggung disini, bukan hanya orang Lampung, mereka datang mereka mengikuti, mereka bangun sendiri," tutur Iskandar.

Adapula sanggar budaya Kusumorajo di Desa Wana ini. Yang tidak hanya berisikan orang Lampung.

"Untuk anak-anak belajar nari, terus talok balak. Sanggar ini juga kita anggap besar karena apa? Karena di bawah sanggar itu kita punya paguyuban-paguyuban, mau orang jawa orang jaranan kita rekrut, kita ga mau dibilang sanggar ini hanya untuk orang lampung aja, paguyuban tari jawa ada, paguyuban tari jaranana juga ada, terus paguyuban nemuinyimah untuk anak-anak belajar khusus tari melinting dan budaya lampung," ujar Iskandar.

Iskandar juga menyampaikan harapannya untuk menghilangkan pemikiran masyarakat yang banyak berpikir bahwa, Lampung merupakan Kota begal.

"Nah itu image yang kami butuh juga bantuan rekan-rekan untuk mehilangkan hal tersebut," tambah Iskandar.


(ddn/ddn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads