Ajang ini mencari bakat pebalap lewat permainan Gran Turismo. Di Indonesia, tahun ini pertama kali digelar dengan virtual game Gran Turismo 6.
Setelah menjaring ribuan peserta dari seluruh Indonesia secara online maupun roadshow, terpilih lah 20 besar. Mereka lalu dibawa ke Sirkuit Sentul, Bogor untuk diseleksi lagi lewat 4 tantangan berat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
detikOto berkesempatan melakukan peliputan final GT Academy Asia ini di Silverstone, Inggris.
Saat berbincang, Datu yang merupakan dosen desain di salah satu perguruan tinggi di Singapura ini mengaku gemar bermain Gran Turismo sejak kecil. Dia semakin antusias ketika tahu dari permainan Gran Turismo itu bisa menjadi pebalap betulan.
"Waktu saya tahu ada kompetisi ini, saya berharap sekali diadakan juga di Indonesia atau Singapura. Tapi belum, baru tahun ini. Jadi sudah latihan sejak dulu," kata Datu.
Sama halnya dengan Kreshna. Dirinya rutin bermain Gran Turismo sejak kecil. "Saya di rumah main gamenya balapan mobil semua. Sampai mama bingung dan bilang main game yang lucu-lucu aja, tapi saya sukanya balapan," katanya.
Senada, Yogatama juga mengaku antusias dengan Gran Turismo sejak umur 4 tahun. "Dari kecil sudah ingin jadi pebalap. Sukanya main game balapan," kata Yoga yang baru lulus SMA ini.
Mereka semua sejak kecil sudah bermimpi menjadi pebalap sungguhan. Ketika dibawa ke Silverstone Inggris, mereka sangat antusias. Datu terpaksa harus berhenti dari pekerjaannya. Sementara Kreshna terpaksa menunda masuk kuliah demi bisa mengikuti ajang bergengsi ini.
"Saya sudah minta izin ke pihak sekolah untuk ikut ajang ini, namun tidak bisa karena izinnya lama. Jadi terpaksa harus berhenti. Tapi saya merasa beruntung bisa ikut ajang ini," kata Datu.
"Saya juga merasa ini pengalaman sangat berharga. Awalnya orangtua sempat tidak setuju dengan keputusan saya ini, karena sudah diterima di salah satu sekolah pilot, tapi setelah tahu ajangnya begini, bertarung melawan negara lain, orangtua saya langsung memberikan dukungan penuh," tambah Kreshna.
Di final race GT Academy ini, Indonesia berhasil finish di urutan kedua yang dilakukan oleh Rama Maulana.
Selama di Inggris, keenam orang ini digembleng oleh instruktur profesional GT Academy untuk menjadi pebalap sungguhan. Begitu tiba di Inggris mereka harus menjalani tes kesehatan, attitude dan fisik.
"Mata harus betul-betul awas, karena saya saja yang awalnya tidak pakai kacamata ternyata diharuskan untuk pakai kacamata, kalau tidak dokternya nggak akan memberikan izin untuk balapan. Jadi saat itu juga saya langsung diajak sama orang GT Academy ke salah satu mall di London untuk beli kacamata. Padahal saat itu pakai wearpak, masuk mall," cerita Kreshna.
Di uji fisik, dua orang peserta gagal, yakni Datu dan Ferson. "Fisik benar-benar harus kuat. Diuji fisik ini betul-betul diuji ketangkasan mulai dari bergelayutan dengan tali, meniti jembatan, memanjat jaring dan lain-lain, nama tesnya GT Ninja, persis seperti kompetisi Ninja Warrior," ujar Ferson.
Selain uji fisik, peserta diuji kemampuan dalam menyetir. Namun bukan seperti menyetir biasa. Di tahap ini Kreshna gagal. "Tes ini namanya Gymkhana, kemampuan menyetir hingga drift. Jadi jalurnya berliku-liku, saya gagal saat drift karena harus membuat lingkaran seperti donat," katanya.
Di setiap tahapan, semua peserta mendapatkan penilaian masing-masing. Sayangnya Yogatama gagal karena akumulasi nilai. Tersisa Rama dan Raira.
Kedua peserta ini kemudian harus menjalani balapan mobil stock car di sirkuit nasional Brafield, Northamptonshire, Inggris melawan Jepang, India, Filipina dan Thailand. Kedua pemuda ini berhasil mengukir prestasi dengan memenangkan perlombaan ini, meski sempat ditempel ketat oleh Filipina, bahkan sempat terjadi senggolan. Kemenangan ini juga menguntungkan bagi Indonesia karena otomatis mendapatkan start pole position terdepan dalam final race GT Academy Asia.
Final Race dimulai menggunakan mobil balap Nissan 370 Z Nismo, Kamis (20/8) lalu di sirkuit nasional Silverstone. Setelah melakukan pertimbangan dari berbagai sisi, mentor tim Indonesia Hamish Daud dan Sean Gelael memutuskan untuk mengusung Rama sebagai pebalap Tim Indonesia di lomba kali ini.
Balapan berlangsung sengit selama 10 putaran. Dari Awal Indonesia ditempel ketat oleh pebalap Filipina. Selama tiga putaran Rama berhasil memimpin. Di putaran keempat Rama disalip oleh Filipina karena terlalu dini menginjak rem di tikungan. Hingga akhir putaran rama terus berada di posisi dua. Namun prestasi tetap dikuri. Rama berhasil menjadi mencetak rekor putaran tercepat di balapan ini.
"Harusnya Rama menang di balapan ini, karena dia paling cepat. Tapi tadi memang sempat terjadi kesalahan karena terlalu dini menginjak rem. Namun, it's okay, Rama berhasil mencetak best lap," kata Hamish.
Untuk pemenang GT Academy Asia ini, mendapatkan lisensi balapan internasional. Nantinya, pemenang dari Asia akan diadu dengan region Eropa dan GT Academy Internasional untuk mencari satu pemenang.
Tahun lalu, GT Academy 2014 berhasil menjaring Ricardo Sanchez asal Mexico. Setelah menang, Sanchez terus mencatat sejarah kariernya dengan mengikuti kompetisi Nissanβs Driver Development dan pernah pula mengendarai Nissan GT-R NISMO GT3. Sanchez juga berhasil menempati peringkat ke-5 secara keseluruhan dan ke-2 pada Dubai 24 Hours pada Januari 2015 lalu.
Pada awal bulan Maret lalu, Sanchez secara resmi bergabung dalam NISMO Athlete, dan akan mengendarai GT-R NISMO GT3 di kompetisi Blancpain Endurance Series 2015 demi membela Nissan GT Academy Team.
(rjo/ddn)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!