Analisis dari Frost and Sullivan, penjualan mobil tahun ini diperkirakan hanya tumbuh 5 persen saja menjadi 1.286.000 unit.
Karena penjualan yang diprediksi stagnan itu banyak pabrikan yang mengerem produksi mobilnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
βSebagian komponen mobil masih impor, apalagi Ford yang 100 persen Completely Built Up (CBU), nilai tukar itu merupakan rintangan, cost meningkat tapi revenue menurun,β ujarnya.
Faktor suku bunga merupakan faktor paling penting bagi industri otomotif karena di Indonesia 50-60 persen konsumen beli mobil rata-rata masih pakai kredit.
βYa otomatis (kalau bunga belum turun) nafsu mereka atau hormon mereka untuk beli mobil ditahan dulu,β ujarnya.
Dengan suku bunga yang tinggi, tambah bagus, akan menambah beban biaya hidup yang lain, misalnya cicilan rumah (Kredit Pemilikan Rumah), ataupun beban usaha.
Belum lagi leasing yang akan memperketat pencairan kreditnya. βKalau sebelumnya langsung disetujui kreditnya, sekarang ditanya dulu, tagihan PLN, rekening koran, DP yang tadinya 20 persen, bisa enggak jadi 30 persen, jadi sekarang diperketat,β ujarnya.
Meski faktor-faktor eksternal itu akan menyulitkan, namun buat Ford, tidak ada alasan untuk tidak optimistis tahun ini. Meski pasar berat, pabrikan akan tetap merilis mobil-mobil baru untuk menyemarakkan pasar. Ford sendiri sudah menyiapkan 3 amunisi segar, yakni Everest, Ranger dan Ford Focus.
(ddn/ddn)
Komentar Terbanyak
Jangan Kaget! Biaya Tes Psikologi SIM Naik, Sekarang Jadi Segini
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah