3 Orang Ini Bikin Tata Motors Kesengsem

3 Orang Ini Bikin Tata Motors Kesengsem

- detikOto
Selasa, 24 Jun 2014 11:46 WIB
Jakarta - Para produsen mobil jangan hanya menjual mobil saja di Indonesia, tapi juga melakukan sesuatu yang berguna untuk masyarakat Indonesia. Itulah prinsip yang dipegang oleh Tata Motors.

Untuk itu, mereka menggelar Inspiraksi, sebuah program CSR yang bertujuan memberikan solusi kepada masyarakat dan inspirasi solusinya berasal dari Masyarakat.

PT. Tata Motors Indonesia (TMI) menjelaskan kalau program ini sebenarnya sudah diluncurkan sejak bulan Juni 2013 lalu.

Program ini dilaksanakan bersama Dompet Dhuafa sebagai penyalur dana bantuan di bawah bimbingan Kedutaan Besar India di Jakarta dan Baramulti Sukses Sarana sebagai partner.

Dalam menentukan siapa yang perlu diberikan bantuan Tata Motors Indonesia meminta masukan dari para penggemar mereka di Facebook.

"Perbedaan Inspiraksi dengan program CSR yang lain adalah Inspiraksi menampung inspirasi langsung dari sahabat Tata Motors di Facebook sebagai representasi masyarakat luas, dalam menentukan siapakah sosok yang paling inspiratif di Indonesia dan proyek sosial apa yang perlu dibantu pendanaannya," ujar Presiden Direktur TMDI Biswadev Sengupta.

Dari hasil ratusan saran dan inspirasi solusi di media sosial Facebook, tim Inspiraksi menyaring sebanyak 30 proyek sosial dan setelah observasi dilakukan, tim Inspiraksi memilih 3 (tiga) buah proyek sosial yang inspiratif di pelaksanaan tahap I program Inspiraksi 2013-2014.

Akhirnya terpilih tiga sosok inspiratif mulai dari Desa Penebar Kecerdasan oleh Muhammad Fauzi, Kampung Sahabat Desain Grafis oleh Solehuddin dan Sekolah Rakyat Untuk Sumbawa Barat oleh Sri Astuti.

Di bawah asuhan Dompet Dhuafa dan Tim Inspiraksi, ketiga proyek social dengan tiga sosok inspiratif yang menjadi motor proyek social tersebut, akan mengembangkan proyek sosialnya masing-masing sehingga proyek yang akan berdampak positif terhadap pemberdayaan masyarakat tersebut dapat berkembang lebih baik lagi dan solusi sosial yang diharapkan dapat terwujud.

Lihat saja Muhammad Fauzi yang ingin menjadikan masyarakat desa yang cerdas, tidak tertinggal dan tidak dibodohi.

Dan sebagai korban lumpur Sidoarjo, Fauzi tidak bisa sekolah tinggi karena masalah ekonomi. Tetapi dengan semangatnya, sambil berjualan jamu Fauzi mengantar buku-buku bekas ke warung Poskamling dan secara bergilir Fauzi mengantar kewarung-warung lain agar masyarakat bisa membaca buku dan mendapatkan ilmu pengetahuan secara gratis.

Buku-buku tersebut dikumpulkan Fauzi dari sumbangan orang-orang. Setelah usai masa distribusi, buku-buku tersebut disimpan di gudang yang saat ini dijadikan pusat belajar desa. Selain itu Fauzi juga menyediakan internet untuk warga desa dan semua biaya berlangganan internet ia dapatkan dari hasil berjualan jamu.

"Harapan saya dengan adanya program Desa Penebar Kecerdasan, makin banyak ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh warga desa. Sehingga warga desa menjadi cerdas dan tidak mudah dibodohi," ungkap Muhammad Fauzi.

Ada pula Solehuddin yang akrab disapa Huddi ini adalah pemuda desa pantang menyerah dan selalu senang berbuat demi teman dan warga kampung. Meski tidak sekolah tinggi, Huddi memiliki tekad yang kuat bekerja jadi tukang sablon mug (gelas keramik) dan spanduk. Untuk pesanan desain Huddi melakukan sendiri.

Keuntungan usahanya tersebut Huddi gunakan untuk membantu warga kampong khususnyauntuk mendorong pemudakampung mau belajar desain grafis agar tidak menganggur bisa bekerja atau membuka lapangan pekerjaan. Dengan ruang yang sangat terbatas, Huddi tidak pernah lelah dan punya harapan bias mendirikan balai pelatihan desain grafis, karena Huddi yakin, dengan kemampuan desain grafis setiap orang dapat bekerja.

"Program Kampung Sahabat Desain Grafis, diharapkan dapat memberikan bekal kepada warga kampung saya, teman-teman saya satu kampung untuk terjun dalam dunia pekerjaan," ungkap Solehuddin

Belum lagi Sri Astuti yang merupakan seorang pemudi desa yang pernah sakit polio tetapi memiliki prestasi. Sarjana lulusan Universitas Mataram ini mengawali aksi sosialnyadengan menjadi penyuluh ke pelosok desa. Dia kerap membantu mengajar untuk warga desa yang tidak mampu siang dan malam tanpa bayaran.

Mimpinya teguh untuk pendidikan. Kendati sering terkendala jarak yang cukup jauh, Sri tetap menempuh puluhan kilo dengan andong kudauntuk mengangkut seragam bekas yang ia terima dari donator untuk dibagikan kepada siswa-nya di tempat ia mengajar.

"Berkat bantuan yang kami terima, warga desa kini mempunyai sekolah yang dapat menampung para murid sehingga mereka dapat belajar dengan nyaman," ujar Sri Astuti.

Inspiraksi tahap selanjutnya, yakni Inspiraksi tahap II 2014-2015 akan membantu proyek sosial yang berbeda.

(syu/ddn)

Hide Ads