Menteri Perindustrian Sebut LCGC Layak Disebut Mobnas

Menteri Perindustrian Sebut LCGC Layak Disebut Mobnas

- detikOto
Senin, 23 Jun 2014 13:48 WIB
Jakarta - Capres nomor urut 1 Prabowo Subianto ingin Indonesia memiliki mobil nasional (mobnas). Namun istilah mobnas sampai saat ini masih rancu dan tak ada kriteria yang jelas.

Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat mengatakan pemerintah kini sedang mengembangkan 'mobnas' versi lain dari yang sempat dikembangkan pada era Orde Baru. Konsep mobnas saat ini mengembangkan industri komponen di dalam negeri dengan menggandeng prinsipal asing seperti Jepang.

Hidayat mengatakan, jika yang dimaksud mobnas itu adalah mobil dengan kandungan lokal 80% atau lebih, Indonesia kini sudah memilikinya. Menurut Hidayat, di dunia tak ada lagi industri mobil yang memiliki kandungan lokal hingga 100%.

"Di dunia ini nggak ada lagi yang 100% dibuat sendiri, karena interaksi dari teknologi yang membuat lebih efisien. Tapi kalau 80% sudah kita kuasai saya kira bisa dimulai," jelas Hidayat di sela seminar soal Industri di Kantor Kementerian Perindustrian, Jl Gatot Subroto, Jakarta, Senin (23/6/2014).

Saat ini, mobil low cost green car (LCGC) atau mobil murah ramah lingkungan tengah dikembangkan agar memiliki kandungan lokal hingga 80%. Jika terealisasi, maka mobil tersebut pun bisa disebut mobnas.

"Kita kan sudah sampai ke situ, LCGC misalnya. Bisa (disebut mobnas), industri komponen kita itu sudah 1.500-an (pabrik) lebih," katanya.

Sependapat dengan Hidayat, Sekjen Gabungan Industri Kendraaan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Noegardjito mengatakan, kandungan lokal pada mobil LCGC akan mencapai 87% pada tahun ini.

"LCGC itu tahun ini ditargetkan sudah 87% local content. Tinggal 14 item lagi yang masih diimpor, salah satunya CPU (Central Prosessor Unit) untuk mesin," katanya.

Hidayat juga mengatakan kalau yang paling penting dari konsep mobnas adalah kandungan lokalnya (local content) yang besar. Jika 80% local content dari sebuah mobil sudah bisa disebut mobnas, maka Indonesia kini pun sudah bisa merealisasikannya dari produk-produk mobil dari berbagai prinsipal asing yang sudah diproduksi di dalam negeri.

Menurut Hidayat Jika sebuah mobil mengusung nama lokal namun kandungan lokalnya masih dominan impor, maka mobil tersebut tidak pantas disebut sebagai mobil nasional. "Tapi jangan seperti mobil-mobil yang lalu, bilang mobnas tapi sebagian besar masih impor," katanya.

Mantan Ketua Kadin ini mengatakan mobil nasional juga tak harus terpaku pada merek lokal. Investor lokal bisa bekerjasama dengan investor asing menciptakan merek baru, atau hanya merek lokalnya saja.

"Merek Indonesia, atau kombinasi keduanya. Idealnya sih brand Indonesia, tapi memang makan waktu lama untuk mulai populer," katanya.

(zul/syu)

Hide Ads