Dengan kabar tersebut, maka pabrikan mobil Swedia ini pun terselamatkan dari kebangkrutan meski harga yang dibayarkan untuk membeli Saab tidak diumumkan.
Pembeli Saab sebenarnya adalah National Electric Vehicle Sweden AB (NEVS), tapi perusahaan ini 51 persen sahamnya dimiliki oleh National Modern Energy Holdings Ltd. (NMEH) yang berbasis di Hong Kong dan 49 persennya dimiliki Sun Investment dari Jepang.
Pada konferensi pers di pabrik Saab di Trollhattan, Swedia, NEVS mengatakan bahwa untuk permulaan, mereka akan fokus untuk melakukan ekspansi mobil listrik di pasar China yang merupakan pasar mobil terbesar di dunia, tetapi juga memiliki rencana yang lebih luas untuk lebih mengglobal.
"China semakin banyak mobil, namun pasokan minyak dunia tidak akan cukup jika mereka semua membeli kendaraan berbahan bakar minyak bumi," kata Kai Johan Jiang, pendiri dan pemilik utama NMEH, dalam sebuah pernyataan.
"Pelanggan Cina menuntut kendaraan listrik premium yang akan kita tawarkan setelah mengakuisisi Saab," lugasnya.
Saab sendiri nasibnya sempat terkatung-katung setelah mengajukan kebangkrutan pada Desember tahun lalu setelah pemilik sebelumnya, produsen mobil Spyker asal Belanda gagal mendapatkan sokongan dana yang cukup untuk menghidupi Saab.
"Kami akan cocok dengan desain mobil Swedia dan pengalaman manufaktur dengan teknologi kendaraan listrik Jepang dan kehadiran kendaraan listrik yang kuat di China didukung oleh listrik yang bersih adalah masa depan. Dan mobil listrik masa depan akan diproduksi di Trollhattan," lugas mantan eksekutif dari Truk Volvo yang kini menjadi ketua konsorsium Karl-Erling Trogen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(syu/ddn)
Komentar Terbanyak
Penjualan Mobil Ambrol, Ekonomi Indonesia Tidak Baik-baik Saja
Duh! Ojol Ancam Mau Demo Sebulan Sekali
Penjualan Mobil Anjlok, Pemerintah Minta Tak Sampai Ada PHK