Produsen smartphone asal China, Xiaomi, sukses memproduksi dan menjual mobil listrik. Bahkan belum sampai setahun sejak mulai memproduksi mobil listrik pertamanya, Xiaomi telah merakit sebanyak 100 ribu unit mobil listrik. Jika Xiaomi sukses bikin mobil listrik, kompetitornya Apple justru mengalami kegagalan.
Sebelum Xiaomi sukses dengan mobil listriknya, Apple lebih dulu dirumorkan bakal membuat mobil listriknya sendiri.Perusahaan teknologi asal Amerika Serikat itu sempat dikaitkan dengan banyak produsen mobil, dari Hyundai, Kia, Porsche, BYD, hingga Toyota.Tapi pada awal 2024, proyek ambisius ini resmi dibatalkan. Sekitar 600 karyawan yang terlibat dalam proyek tersebut pun diberhentikan.
Di sisi lain, Xiaomi justru sukses meluncurkan mobil listrik pertamanya, SU7, di China pada Maret 2024. Dan dalam waktu singkat, perusahaan ini telah menerima 135.000 pesanan. Lalu, kenapa Xiaomi bisa berhasil sementara Apple gagal total?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ekosistem Terintegrasi
Mengutip laman Carscoops, kesuksesan Xiaomi di industri kendaraan elektrifikasi membuat mereka kini lebih unggul dibanding para pesaingnya seperti Apple dan Samsung. Diketahui saat ini semua perusahaan teknologi berlomba-lomba menciptakan ekosistem yang saling terhubung.
Apple, misalnya, punya integrasi antara iPhone, MacBook, dan iPad. Samsung juga menerapkan strategi serupa dengan perangkatnya. Namun, Xiaomi melangkah lebih jauh dengan memasukkan mobil listrik SU7 ke dalam ekosistemnya.
Xiaomi SU7 dapat terhubung dengan perangkat lain buatan Xiaomi, seperti smartphone, smartwatch, hingga perangkat rumah pintar. Mobil ini pun bisa memanfaatkan data pengguna untuk mengatur waktu pengisian daya atau menyesuaikan pengaturan kabin sesuai kebiasaan pemiliknya. Ini adalah sesuatu yang belum pernah dilakukan Apple.
![]() |
Dukungan Rantai Pasok
Keberhasilan Xiaomi juga tak lepas dari dukungan ekosistem industri kendaraan listrik di China. Berbeda dengan Apple yang harus mencari mitra manufaktur, juga pemasok dari berbagai negara, Xiaomi bisa langsung mengakses rantai pasok yang sudah ada di dalam negeri China.
China telah menginvestasikan miliaran dolar untuk membangun industri kendaraan listrik. Xiaomi mendapat suplai baterai dari dua raksasa industri, BYD dan CATL. Selain itu, Xiaomi juga mengambil alih pabrik Beijing Auto Group untuk memproduksi mobil listrik SU7.
Keunggulan Komparatif
Persaingan industri mobil listrik di China sangat ketat dan berdarah-darah. Xiaomi juga tidak sendirian di industri ini. Huawei yang sama-sama perusahaan smartphone, juga agresif mengembangkan mobil listrik dengan menggandeng beberapa produsen otomotif China. Tapi Xiaomi punya strategi harga yang menarik. Dengan harga mulai dari 30.000 USD (sekitar Rp 492 juta), SU7 menawarkan desain mewah ala Porsche dengan teknologi canggih.
Faktanya, sejak SU7 diluncurkan, penjualan Porsche di China turun 30%. Ini menunjukkan Xiaomi bukan sekadar pesaing lokal, tapi bisa menjadi ancaman bagi brand global.
Ke depan, Xiaomi berencana meluncurkan model SUV dan membangun pabrik baru untuk meningkatkan produksi. Jika strategi ini berhasil, bukan tak mungkin Xiaomi akan merambah pasar internasional dan menantang merek-merek besar di luar China.
(lua/din)
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Bayar Pajak STNK Masih Datang ke Samsat? Kuno! Ini Cara Bayar Pakai HP