Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution meresmikan produksi sel baterai lokal di Indonesia melalui joint venture dari kedua perusahaan, PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power. Ini menjadi pabrik baterai terbesar dan pertama di Asia Tenggara, bisakah baterai mobil listrik ini digunakan oleh brand asal China juga?
Berpusat di Karawang, Jawa Barat, fasilitas yang dilengkapi teknologi mumpuni ini merupakan pabrik sel baterai EV pertama dan terbesar di Asia Tenggara, dengan kapasitas produksi 10 GWh dalam setahun. Dengan nilai investasi sebesar Rp 13,5 triliun, fasilitas ini berada di atas lahan seluas 319.000 meter persegi.
Saat ini merek mayoritas mobil listrik China menggunakan baterai lithium ferro-phosphate (LFP), Hyundai masih setia memakai baterai bermaterial nikel. Produk mobil listrik Hyundai yang dijual di Indonesia diketahui Baterai Lithium-Ion berbasis Nickel Manganese Cobalt (NMC).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Executive Chairman Hyundai Motor Group, Euisun Chung mengatakan penggunaan baterai buatan PT HLI Green Power untuk merek non Korea Selatan bergantung pada regulasi pemerintah.
"Membawa material (bahan baku baterai) dari China, dan material dari Indonesia, bisa saja dipadukan, tapi ini tergantung dari kebijakan pemerintah. Kami tidak bisa menentukan, jadi kami harus melihat isu geopolitik, dan semuanya. Kami lihat nanti," ujar Chung usai peresmian ekosistem EV di Karawang, Jawa Barat, Rabu (3/7/2024).
Nikel yang banyak dimiliki alam Indonesia menjadi material utama pada baterai lithium-ion jenis nikel kobalt mangan (nickel cobalt manganese/NCM). Mobil listrik dunia pun banyak menggunakan nikel untuk baterainya.
Namun, kini beberapa produsen mobil listrik sudah banyak yang menggunakan baterai LFP. Bahkan, Tesla pun telah memanfaatkan baterai LFP untuk beberapa kendaraan listrik buatannya, di Indonesia mayoritas baterai jenis LFP saat ini dipakai pada Wuling, Neta, Chery hingga yang terbaru adalah seluruh lini produk BYD.
Salah satu brand China yang sudah lokalisasi baterai kendaraan listrik adalah Wuling. Ini merupakan wujud kerja sama strategis antara Wuling dan Gotion Green Energy Solutions Indonesia (Gotion Hi-Tech), yang sebelumnya diresmikan pada November 2022 lalu. Adapun Gotion Hi-Tech merupakan perusahaan global yang berinvestasi di Indonesia untuk bidang pembuatan baterai kendaraan listrik.
Pabrik sel baterai
Berpusat di Karawang, Jawa Barat, fasilitas yang dilengkapi teknologi mumpuni ini merupakan pabrik sel baterai EV pertama dan terbesar di Asia Tenggara, dengan kapasitas produksi 10 GWh dalam setahun. Dengan nilai investasi sebesar Rp 13,5 triliun, fasilitas di lahan seluas 319.000 meter persegi.
Sel baterai ini akan dirakit menjadi battery pack oleh PT Hyundai Energy Indonesia dan nantinya dimuat dalam kendaraan Hyundai Kona Electric buatan Indonesia. Pabrik ini akan memproduksi hingga 50.000 Battery System Assemblies (BSA) untuk BEV setiap tahunnya.
Kedua pabrik tersebut akan melengkapi PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia (HMMI) yang telah memproduksi IONIQ 5, EV pertama produksi lokal di Indonesia. Fasilitas ini akan meningkatkan kapasitas produksi EV menjadi 70.000 unit pada tahun ini dengan total kapasitas produksi 150.000 unit per tahun.
Kona Electric bakal menjadi mobil listrik pertama yang menggunakan baterai buatan Karawang tersebut. Bagaimana dengan Ioniq 5?
"Ya tentu saja, kami belum memutuskan detilnya, tapi saya pikir kami akan menggunakan baterai yang diproduksi di indonesia untuk Ioniq 5," jelas dia.
(riar/din)
Komentar Terbanyak
Penjualan Mobil Ambrol, Ekonomi Indonesia Tidak Baik-baik Saja
Harga BYD Atto 1 Bisa Acak-acak Pasar Agya? Ini Kata Toyota
Harga BYD Atto 1 Gak Masuk Akal, VinFast Bilang Begini