Debat pilpres keempat antara tiga calon wakil presiden (cawapres) sempat menyinggung soal material untuk baterai kendaraan listrik. Gibran Rakabuming Raka menanyakan sikap Muhaimin Iskandar terkait nikel yang melimpah di Indonesia untuk dijadikan bahan baku baterai kendaraan listrik dunia.
Gibran menganggap, tim sukses (timses) pasangan calon (paslon) nomor urut satu Anies Baswedan-Cak Imin selalu menggembor-gemborkan teknologi baterai LFP (lithium ferro-phosphate) yang tidak membutuhkan nikel dari Indonesia. Padahal, nikel menjadi material utama pada baterai lithium-ion jenis nikel kobalt mangan (nickel cobalt manganese/NCM)
Menurut Gibran, Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia sehingga bisa menjadi kekuatan. Bila terus membahas LFP, kata dia, sama saja dengan mempromosikan produk China.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita itu Indonesia sekarang adalah negara dengan cadangan nikel terbesar sedunia, ini kekuatan kita, bargaining kita, jangan malah bahas LFP itu sama aja promosikan produk China," ujar Gibran.
Di Indonesia, ada mobil listrik yang sudah dibekali baterai LFP. Salah satunya adalah pendatang baru dari China, BYD. BYD tidak membutuhkan nikel karena material baterainya beda.
"BYD terkenal dengan baterai Lithium Iron Phosphate atau LFP. Jadi tidak membutuhkan nikel," ujar General Manager BYD Asia-Pasific Auto Sales Division Liu Xueliang saat ditemui detikOto di kantor pusat BYD di Shengzhen, China, belum lama ini.
Menurut Liu, alasan penggunaan baterai LFP ketimbang baterai jenis nickel cobalt mangan (NCM) adalah karena unsur keamanan. Liu menegaskan prioritas utama BYD dalam pengembangan kendaraan listrik adalah soal safety.
"Jadi dengan produksi massal sampai penggunaan massal dalam beberapa tahun ini, kami percaya bawa baterai LFP bisa lebih aman dan penggunaan lebih berkelanjutan untuk kendaraan listrik. Dalam hal technical direction dan strategi kami akan menempatkan LFP sebagai strategi utama," sebutnya.
Ditemui di peluncuran BYD di Indonesia pekan kemarin, Liu kembali menjelaskan soal baterai LFP. Menurut Liu, baterai LFP untuk saat ini merupakan teknologi baterai yang aman.
"Karena BYD sudah melakukan bisnis komponen baterai, kita sudah melakukan riset atau analisa seluruh bahan baku untuk membuat baterai," ucap Liu.
Meski begitu, BYD terbuka jika harus menggunakan nikel dari Indonesia. Sebab, BYD memiliki banyak lini bisnis, mulai dari elektronik, energi terbarukan, rail transit, hingga otomotif.
"Bagaimana BYD menggunakan nikel dari Indonesia, setelah meluncurkan hari ini pasti kita akan cari lebih ke dalam analisa ke dalam, mungkin ke depan kita bisa tahu. Mohon teman-teman sabar dulu, ini terus menerus menjadi fokus BYD berkembang di Indonesia," pungkasnya.
(rgr/din)
Komentar Terbanyak
Punya Duit Rp 190 Jutaan: Pilih BYD Atto 1, Agya, Brio Satya, atau Ayla?
Jarak Tempuh Baterai Mobil Listrik: Kenyataan Tak Seindah Klaim
Segini Beda Penjualan Toyota Alphard vs Denza D9, Beda Jauh