Peneliti Kembangkan Baterai Mobil Listrik yang Bisa Dicas Penuh dalam 10 Menit

Peneliti Kembangkan Baterai Mobil Listrik yang Bisa Dicas Penuh dalam 10 Menit

Septian Farhan Nurhuda - detikOto
Jumat, 19 Jan 2024 10:53 WIB
Mercedes-Benz Indonesia resmikan Privilege Parking with EQ Power Charging untuk pertama kalinya di Jakarta.
Peneliti kembangkan baterai mobil listrik canggih. Foto: Rengga Sancaya
Jakarta -

Para peneliti dari Harvard John A. Paulson School of Engineering and Applied Sciences (SEAS), Amerika Serikat tengah mengembangkan baterai solid-state yang bisa dicas penuh dalam 10 menit. Perangkat tersebut ditujukan untuk mobil listrik di masa depan.

Disitat dari Electrec dan Carscoops, penelitian terkait telah dipublikasikan dalam edisi terbaru Nature Materials yang dikepalai Xin Li selaku Associate Professor of Materials Science di SEAS. Baterai canggih tersebut tidak menggunakan anoda grafit, melainkan anoda logam litium.

"Baterai anoda logam litium dianggap sebagai baterai terbaik karena memiliki kapasitas sepuluh kali lipat dari anoda grafit komersial dan secara drastis dapat meningkatkan jarak berkendara mobil listrik," demikian ujar Xin Li, dikutip Jumat (19/1),

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Penelitian kami merupakan langkah penting menuju baterai solid-state yang lebih praktis untuk aplikasi industri dan komersial," tambahnya.

Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) Shell Recharge hadir di Mal Pacific Place Jakarta. Hadirnya SPKLU ini merespons bertambahnya pengguna mobil listrik.Mobil listrik lagi dicas. Foto: Andhika Prasetia

Ketika baterai dibuat, sangat penting memastikan anoda berada dalam kondisi yang tenang dan tidak terganggu kandungan lain. Jika anoda ini terganggu dengan kandungan lain, akan menimbulkan sebuah kristal mikroskopis berbahaya yang dikenal sebagai dendrit.

ADVERTISEMENT

Dendrit dapat menghasilkan arus pendek pada baterai sehingga dapat menyebabkan suhu baterai menjadi terlalu panas. Jika kondisi suhu baterai ini tidak terkendali dan menjadi sangat panas, maka berbahaya bagi baterai dan penggunanya.

Jika kristal mikroskopis tersebut kemudian mencair, hal ini akan menyebabkan kandungan elektrik pada baterai akan terputus, dan akan mengakibatkan penurunan kinerja baterai.

Baterai Mobil Listrik Menjadi Ancaman Baru Bagi Lingkungan di AustraliaBaterai Mobil Listrik Foto: ABC Australia

Pada studi terbarunya itu, peneliti Harvard melakukan terobosan dengan meminimalisir pembentukan dendrit menggunakan partikel silikon berukuran mikron di anoda untuk membatasi reaksi lithiasi dan memfasilitasi pelapisan homogen pada lapisan tebal logam litium.

Dalam desain peneliti Harvard, ketika ion litium berpindah dari katoda ke anoda selama pengisian, reaksi lithiasi menyempit di permukaan yang dangkal dan ion-ion tersebut menempel pada permukaan partikel silikon, namun tak menembus lebih jauh.

"Dalam desain kami, logam litium dililitkan di sekitar partikel silikon, seperti cangkang coklat keras di sekitar inti hazelnut dalam truffle coklat," kata Li.

Nah, karena pelapisan dan pengupasan dapat dilakukan dengan cepat pada permukaan yang rata, maka baterai dapat terisi penuh dalam waktu kurang lebih 10 menit.

Baterai yang tengah dikembangkan Harvard tersebut diklaim punya masa pakai 6 ribu pengecasan. Kantor Pengembangan Teknologi Harvard telah melisensikan teknologi itu kepada Adden Energy selaku perusahaan spin-off Harvard yang didirikan Li bersama tiga alumni lain.




(sfn/sfn)

Hide Ads