Jokowi soal Tren Mobil Listrik dan Sumber Daya Nikel: Kesempatan Cuma Sekali

Jokowi soal Tren Mobil Listrik dan Sumber Daya Nikel: Kesempatan Cuma Sekali

Billy Jonathan - detikOto
Selasa, 03 Okt 2023 11:03 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi)
Jokowi saat memberikan sambutan di Rakernas Korpri (Foto: Tangkapan Layar YouTube Korpri)
Jakarta -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri) 2023, Selasa (3/10). Dalam pidatonya, Presiden Jokowi menyinggung perihal tren mobil listrik dunia dan Indonesia sebagai penyuplai nikel terbesar. Menurutnya, potensi ini merupakan kesempatan langka yang hanya datang sekali dalam sejarah negara ini.

Dengan memiliki cadangan nikel yang besar, Indonesia memiliki keunggulan yang signifikan dalam mendukung industri mobil listrik global yang semakin berkembang. Jokowi menekankan bahwa pemanfaatan sumber daya alam yang tepat dalam industri yang sedang berkembang ini dapat membawa negara ini ke tingkat baru dalam hal pertumbuhan ekonomi dan teknologi.

"Sumber daya alam kita ini pas, pas kita memiliki reserve nikel yang besar, pas ada yang namanya mobil listrik, tapi kesempatan itu hanya muncul biasanya dalam satu peradaban sebuah negara itu hanya sekali," kata Jokowi pada sambutannya di Pembukaan Rakernas KORPRI di Mercure Hotel, Jakarta Utara, Selasa (3/10).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai informasi, menurut laporan dari lembaga penelitian Amerika Serikat, United States Geological Survey (USGS), Indonesia tercatat sebagai pemilik cadangan nikel terbesar di dunia pada 2022 yakni mencapai 21 juta metrik ton. Kemampuan produksi nikel tercatat sekitar 853 ribu metrik ton nikel pada 2019 dan 760 ribu metrik ton pada tahun 2020. Ini merupakan jumlah produksi terbesar di dunia.

Melanjutkan sambutannya, Presiden Jokowi juga menegaskan pentingnya memanfaatkan kesempatan ini secara optimal untuk mencapai target Indonesia menjadi negara maju pada tahun 2045. Beliau juga mengungkapkan bahwa IMF, World Bank, dan lembaga internasional lainnya telah memberikan peringatan bahwa Indonesia perlu memiliki tata kelola yang efektif dan pemimpin yang memiliki visi agar tidak terjebak dalam kategori negara berkembang dengan tingkat pendapatan menengah seperti yang terjadi di Amerika Latin.

ADVERTISEMENT

"Seperti yang kejadian itu di Amerika Latin, ini sering saya ceritakan, tahun '50 tahun '60 mereka sudah menjadi negara berkembang tapi 50-60 tahun kemudian juga tetap masih negara berkembang, sampai sekarang tetap negara berkembang. Padahal waktu itu mereka diberi peluang untuk melompat menjadi negara maju," ujar Jokowi

"Saya liat, saya pelajari kenapa, karena tidak menggunakan peluang/opportunity yang sudah diberikan dan kita sekarang ini berada pada peluang itu, jadi 3 kepemimpinan nasional, tahun 2024, tahun 2029, tahun 2034 itu sangat menentukan sekali Indonesia bisa melompat negara maju atau tidak maju," sambungnya.




(rgr/din)

Hide Ads