Permintaan Kendaraan 'Hijau' Rendah, Indonesia Masih Jauh dari Greenflation

Permintaan Kendaraan 'Hijau' Rendah, Indonesia Masih Jauh dari Greenflation

Septian Farhan Nurhuda - detikOto
Kamis, 25 Jan 2024 18:31 WIB
PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia atau MBDI telah mengenalkan mobil listrik Mercedes-Benz EQS dan EQE di Tanah Air. Yuk kita lihat interiornya.
Indonesia masih jauh dari greenflation. Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Sejak beberapa hari terakhir, diksi 'greenflation' banyak dituturkan publik di Indonesia. Hal itu bermula ketika Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut dua, Gibran Rakabuming Raka melempar pertanyaan ke Cawapres nomor urut tiga, Mahfud MD, terkait fenomena tersebut.

Sebagai catatan, greenflation secara harfiah diartikan sebagai inflasi hijau. Greenflation merupakan kenaikan harga barang dan jasa atau inflasi sebagai konsekuensi dari transisi perekonomian konvensional ke ramah lingkungan.

Abdullah Alwi selaku Sekretaris Asosiasi Industri Motor Listrik Indonesia (AISMOLI) mengatakan, Indonesia masih jauh dari greenflation. Sebab, kebutuhan produk ramah lingkungan seperti motor-mobil listrik masih sangat terbatas. Kondisi yang terjadi di Indonesia tak bisa disamakan dengan Eropa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Indonesia baru akan mengalami greenflation kalau pemerintah memberikan pengumuman tidak akan menjual bahan bakar fosil dan memaksa beralih sepenuhnya ke energi bersih (kendaraan listrik). Jadi ada peningkatan permintaan (dari sektor hijau)," ujar Abdullah Alwi saat menyampaikan materi di program Xplore Motor Listrik yang digelar Bisnis Indonesia, Kamis (25/1).

"Di Eropa memang sudah terjadi, karena mereka sudah merencanakan tahun sekian energi fosil disetop. Jadi mereka sudah mendapat gambarannya akan seperti apa," tambahnya.

ADVERTISEMENT
Debat keempat Pilpres 2024 selesai digelar. Sebelum ditutup ketiga cawapres menyampaikan pesan penutup.Gibran bahas greenflation di debat Cawapres. Foto: Pradita Utama

Senada dengan Abdul, Ahmad Heri Firdaus selaku peneliti The Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menegaskan, Indonesia masih jauh dari greenflation selagi permintaan produk hijau seperti kendaraan listrik masih timpang dibandingkan produk konvensional.

"Kalau greenflation kan merujuk pada kenaikan harga barang dari tingginya permintaan barang-barang elektrifikasi. Terjadi hukum demand-suplai. Indonesia masih jauh, ini maraknya di Eropa karena terjadi transisi energi besar-besaran," terang Heri.

"Indonesia memang perlu mengantisipasi, namun ini memang masih jauh. Greenflation bisa diatasi dengan peningkatan investasi untuk menjaga stabilitas harga," kata dia menambahkan.




(sfn/dry)

Hide Ads