CEO PT Gesits Technologies Indo (GTI) Harun Sjech mengungkapkan, pernyataan itu bukan hanya mengacu pada harga unit motor. Melainkan beban kepemilikan sepeda motor tersebut seperti membandingkan servis rutin, biaya perpajakan, hingga pengisian daya atau BBM.
"Motor listrik di mana pun, di seluruh dunia, memang harganya akan di atas motor konvensional. Sangat jauh malah. Di Eropa misalkan, motor listrik sejenis Gesits itu sekitar US$ 4.000 (Rp 56 jutaan). Sedangkan kita hanya beda Rp 1 jutaan (dengan motor konvensional)," kata Harun di Indonesia International Motor Show (IIMS), JIEXpo Kemayoran, Jakarta, kemarin (25/4/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bayangkan saja, satu kali charge untuk perjalanan 50 kilometer biayanya Rp 1.500. Sedangkan BBM, Pertalite Rp 8.000 untuk 40 kilometeran. Hitung saja 3 sampai 5 tahun penggunaannya. Memang kalau awal terlihat lebih mahal. Tapi bila menghitung penggunaannya, akan jauh lebih murah. Secara total, motor listrik itu lebih hemat 60-70 persen dibanding yang konvensional," lanjutnya.
Benarkah demikian? Mari kita bandingkan keseluruhan kisaran biaya kepemilikan sebuah skutik 125cc dengan motor listrik Gesits dalam kurun waktu 3-5 tahun.
Perihal pengisian bahan bakar, motor listrik jelas lebih unggul dengan kisaran biaya Rp 1.500 tiap 40 km dibanding 1 liter Pertalite yang berharga Rp 8.000 untuk jarak tempuh sama. Biaya pengisian daya baterai bisa jadi gratis bila melakukan pengecasan di kantor.
Untuk daya listrik yang harus disiapkan guna mengisi baterai motor listrik sendiri adalah 100 Watt. Sehingga, rumah di Indonesia pada umumnya bisa menyolok motor listrik Gesits.
Tentang biaya perpajakan, memang motor listrik Gesits belum punya kisarannya. Sebab penerbitan STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan) baru selesai di awal bulan nanti. Di ketentuan pembayaran pajaknya nanti tak lagi berdasarkan kapasitas cc, melainkan daya (kW) motor.
Maka, motor listrik diyakinkan bakal punya beban perpajakan yang lebih murah. Belum lagi pemerintah akan menerbitkan payung hukum tentang kendaraan listrik di Indonesia. Dimana disebutkan, kendaraan listrik baik roda dua maupun roda empat yang diproduksi di dalam negeri akan dapat insentif atau keringanan.
Terakhir adalah biaya servis rutin motor (tahunan). Tidak memiliki jantung mekanis pembakaran konvensional berarti motor listrik mengabaikan perawatan suku cadang seperti busi, filter, belt, pelumas mesin, atau transmisi. Motor listrik Gesits hanya membutuhkan pergantian suku cadang fast moving seperti kampas dan minyak rem serta lampu.
Sehingga, ongkos perawatan bisa jadi lebih murah. Sebagaimana diketahui, perkiraan perbaikan rutin sebuah skutik 125cc adalah sekitar Rp 340 ribuan yang meliputi pergantian oli (Rp 50.000-an sekali pergantian), water coolant, filter udara, kampas rem, hingga biaya jasa servis.
Biaya besar sebuah motor listrik ada pada baterai. Bila komponen itu bermasalah, pergantiannya bisa memakan kocek hingga Rp 4 jutaan. Tapi sejatinya, pada pemakaian 4-5 tahun pertama sebuah baterai kendaraan jarang sekali bermasalah. Namun kembali lagi pada penggunaannya.
"Daya tahan baterai Gesits kita asuransikan hingga 3 tahun. Sejatinya, baterai itu benar-benar habis hingga sepuluh tahunan. Saat periode itu, baru diproses untuk penguraian dan daur ulangnya. Tentang limbah baterai, kami sudah berkerja sama dengan beberapa pihak," ujar Harun.
Jadi, mana yang lebih murah? detikers sendiri yang tentukan.
Simak Juga "Motor Listrik Rakitan Anak Bangsa Unjuk Gigi di IIMS 2019":
(ruk/ddn)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!