Toyota: Kenaikan Harga Mobil Murah Lagi Dibicarakan

Laporan dari IIMS 2014

Toyota: Kenaikan Harga Mobil Murah Lagi Dibicarakan

- detikOto
Kamis, 18 Sep 2014 18:10 WIB
Jakarta - Rumor mengenai pabrikan tengah meminta kepada pemerintah untuk menaikan harga dasar mobil murah (Low Cost and Green Car) ternyata benar. Toyota salah satunya pabrikan yang membenarkan adanya hal itu.

Menurut Marketing Director PT Toyota Astra Motor (TAM) Rachmat Samulo dalam menaikan harga mobil murah (LCGC) tidak sembarangan karena semuanya diatur oleh pemerintah. Produsen mobil boleh menaikan harga setelah 1 tahun meluncurkan mobil murahnya.

"Kita harus tunggu dulu 1 tahun baru bisa mengajukan kenaikan harga. Sekarang kita masih membicarakannya," kata Samulo kepada detikOto di booth Toyota hall D JIExpo, Kemayoran, Jakarta Utara, Kamis (18/9/2014).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lanjut Samulo, dalam menaikan harga juga harus mendapatkan persetujuan dari pemerintah. Jadi harga Agya tidak sembarangan bisa dinaikan.

"Kita belum tahu akan naik berapa, semuanya masih terus diperbincangkan oleh kami dan pemerintah," tuntasnya.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi menuturkan kenaikan harga mobil tidak menyalahi aturan tentang mobil murah.

Soalnya, kenaikan harga tersebut merupakan cara menyesuaikan dengan inflasi.

"Kalau inflasi berarti harga material dan ongkos produksi juga naik,", di di sela acara pembukaan IIMS 2014, di JI-EXPO, Kemayoran, Jakarta, Kamis (18/9/2014).

Menurutnya, ketentuan yang menyebut harga jual mobil murah Rp 80 - 110 juta merupakan acuan. Tetapi bukan berarti itu berlaku secara kaku.

"Aturannya memang memperbolehkan (harga naik) setelah setahun (diluncurkan), termasuk penyesuaian dengan inflasi," ucapnya.

Dengan naiknya harga, bukan berarti mobil tersebut tak lagi menjadi mobil murah. Sebab, harga yang ada sesuai dengan tingkat kenaikan pendapatan masyarakat yang juga telah disesuaikan dengan inflasi.

Selain itu, produsennya tetap akan mendapatkan insentif jika tetap mengusung teknologi ramah lingkungan dan kandungan komponen lokal.

"Jadi yang jadi acuan utama itu, teknologi dan suku cadang yang digunakan. Misalnya konsumsi bahan bakarnya 1 : 30 km. Jadi bukan semata-mata harga," kata Budi.

Sementara itu, menyinggung teknologi pintar untuk ramah lingkungan yang menjadi tema IIMS 2014, Budi menilai proses pengembangan dan pengadopsian teknologi tersebut tengah dan akn terus terjadi. "A contohnya teknologi start stop, interkoneksi fitur yang menjadikan konsumsi bahan bakar lebih irit dan lain-lain," ujar Budi.

(ady/ddn)

Hide Ads