Baru-baru ini, publik dihebohkan kecelakaan maut yang melibatkan Isuzu Elf vs truk tronton di Tol Solo-Ngawi, Boyolali, Sabtu (13/7). Imbas kejadian itu, enam orang dilaporkan meninggal dunia. Pelajaran penting apa yang bisa dipetik dari insiden tersebut?
Diberitakan sebelumnya, Isuzu Elf menghantam truk tronton bermuatan bata ringan dari arah belakang. Kendaraan berjenis minibus tersebut membawa rombongan dari Surabaya menuju Jogja.
"Isuzu Elf membawa 22 penumpang plus sopirnya. Mengakibatkan 14 orang luka ringan, 6 meninggal dunia dan 2 sehat walafiat," ujar Kapolres Boyolali, AKBP Petrus Parningotan Silalahi, dikutip Sabtu (13/7).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Menurut dugaan polisi, 'biang kerok' kecelakaan tersebut disebabkan sopir Elf yang mengantuk. Kondisi tersebut membuat kendaraan hilang kendali hingga menghantam truk tronton.
"Sementara ini kami menduga ada beberapa hal, yang pertama waktu kejadian saat sedang normal-normalnya manusia dalam keadaan tertidur. Kami menduga sopir mengantuk," tutur Petrus.
"Utamakan keselamatan, jangan sampai tertidur. Sedetik saja bisa menghilangkan nyawa diri sendiri atau orang lain," tambahnya.
Dugaan lain adalah terjadinya over kapasitas. Dia menjelaskan, kendaraan kelebihan kapasitas membuat daya cengkram rem tak maksimal.
"Akan kami kembangkan pada saat penyidikan dan penyelidikan dengan mengundang beberapa ahli. Perhatikan atau cek kendaraan atau pengemudi. Kalau capek istirahat, jangan memaksakan kalau mengantuk," kata dia.
Pelajaran Penting Kasus
Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana mengatakan, mengantuk merupakan 'musuh' pengemudi selama berada di jalan raya, terutama di jalan tol. Itulah mengapa, menurutnya, pengemudi tetap butuh pengawasan dari pendamping atau penumpang di dekatnya.
"Kecelakaan rata-rata terjadi karena hal-hal yang tidak disengaja. Oleh karena itu, siapapun pengemudinya tetap butuh pengawasan, baik orang terdekat atau bahkan nggak dikenal," ujar Sony kepada detikOto, Sabtu (13/7).
"Kadang penumpang merasa driver yang sudah memiliki SIM pasti kompeten atau sehat secara fisik sehingga dianggap mampu. Pada kondisi-kondisi tertentu, kadang butuh teguran dan pengawasan dari penumpang. Sehingga hal-hal yang tidak diinginkan bisa dicegah," tambahnya.
Lebih jauh, Sony mengingatkan, penumpang jangan terbuai dengan interior kendaraan yang nyaman dan bagus. Penumpang harus tetap bisa memastikan, pengemudi dalam kondisi bugar saat bertugas.
"Biasakan penumpang tidak mager atau merasa nyaman dengan suguhan interior yang apik sehingga mengabaikan peran driver. Tetap selalu lihat gesturnya, perilakunya, gerakan kendaraannya dan lain-lain. Jika nggak normal, tegur dan tanyakan. Kalau perlu, suruh berhenti untuk istirahat sebentar," kata dia.
(sfn/riar)
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah