Bus PO Bhineka mengalami kecelakaan maut di Tol Jakarta-Cikampek (Japek) Kilometer 41 pada Minggu malam (31/12). Imbas insiden tersebut, enam penumpang dilaporkan meninggal dunia dan 17 orang luka-luka.
Kasat Lantas Polres Karawang AKP Lucky Martono mengatakan, saat kecelakaan, bus berjalan dari arah Jakarta menuju Cikampek. Kendaraan besar tersebut melaju di lajur kedua. Sebelum kecelakaan hingga terguling, bus sempat hilang kendali alias oleng.
"(Bus) oleng ke sebelah kiri, sehingga menabrak guardrail yang berada di pinggir jalan sebelah kiri hingga terlepas," ujar Lucky saat ditemui awak media, dikutip dari detikNews, Senin (1/1).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Setelah bus menabrak pembatas jalan, kendaraan itu terbalik sambil memutar hingga kepala kendaraan menghadap ke arah sebaliknya.
"Total muatan 38, selain 17 orang yang masih dirawat, dan 6 orang meninggal, ada 15 orang yang sudah pulang ke Cirebon dan Indramayu dijemput pihak keluarga, karena tujuan akhir bus ini ke Cirebon, dan transit di Indramayu," ungkapnya.
Pelajaran Kasus
Sony Susmana selaku Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) mengatakan, kestabilan kendaraan besar seperti bus harus bisa dirasakan pengemudi. Sebab, jika tidak, potensi kecelakaan menjadi lebih besar.
"Kestabilan kendaraan itu bisa dirasakan oleh 4 faktor: roll, pitch, bounce dan yaw. Ketika ini sudah bergerak berlebihan maka kendaraan tersebut akan liar. Sering kali hal ini justru dipermainkan pengemudi, terlihat jago tapi justru di sini pengemudi tinggal tunggu kecelakaan," Sony menerangkan kepada detikOto melalui pesan singkat.
"Bus yang berdimensi besar pasti memiliki bobot dan momentum yang besar, sehingga suspensi yang memiliki keterbatasan kemampuan dipaksa bekerja berat. Jangankan pelan, ketika ngebut maka kestabilannya sudah hilang," tambahnya.
Menurut Sony, ketika bus sampai terbalik, maka keseimbangan kendaraan hilang karena faktor rolling dan yawing yang tidak mampu dikuasai pengemudi. Hal ini, kata dia, biasanya terjadi karena kecepatan tinggi.
"Itulah kenapa pengemudi wajib menjaga hilanganya kestabilan dengan cara safety driving. Kenali dulu kendaraan dan segala keterbatasnnya. Setelah itu, lengkapi lewat cara-cara dan teknik safety driving," kata Sony.
(sfn/din)
Komentar Terbanyak
Segini Beda Penjualan Toyota Alphard vs Denza D9, Beda Jauh
Jarak Tempuh Baterai Mobil Listrik: Kenyataan Tak Seindah Klaim
Polantas Kedapatan Pungli, Dicopot Hari Itu Juga