"Saya setuju dengan kebijakan itu, tapi sebelumnya definisi dari mobil mewah itu apa dulu," ujar Ketua BMW Car Club of Indonesia (BMWCCI) chapter Jakarta, Syaifu Rachman ketika berbincang dengan detikOto, Jumat (12/3/2010).
Lebih lanjut Syaifu mengatakan bahwa kalau definisi mobil mewah itu berdasarkan harganya, maka dia sangat setuju.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi masalahnya, lanjut Syaifu, kebanyakan orang Indonesia masih menilai sebuah mobil apakah mewah atau tidak bukan berdasarkan itu, tapi masih berdasarkan merek tertentu.
Sebab bila didasarkan merek, kebijakan itu tentu akan mengalami kerancuan dan akan menghancurkan merek tertentu. Sebab saat ini rata-rata harga jual kembali (resale velue) sebuah mobil premium jatuh drastis, beda dengan non premium.
"Itu yang sulit, padahal harga BMW dan Mercy dibawah tahun 2000an saja harganya lebih murah dari mobil Jepang seperti Toyota. Kalau sudah begitu, definisi mewah dan mahal kan jadi terbalik," pungkasnya.
Padahal kebanyakan mobil-mobil lawas entah itu premium ataupun non premium masih mengkonsumsi bensin yang beroktan rendah semisal Pertamina Premium. Beda dengan mobil-mobil baru yang spesifikasinya mengharuskan mengkonsumsi oktan yang lebih tinggi.
"Kalau sudah begitu pengguna merek premium yang mengunakan mobil dibawah tahun 2000an pasti tidak setuju. Yang diatas tahun 2000an sih setuju-setuju saja karena mesin mobil mereka memang harus mengkonsumsi bensin non subsidi. kan jadi ribet," tandasnya.
Karena itulah Syaifu menyarankan agar menggodok dulu definisi mewah sebelum idenya dicetuskan ke masyarakat agar tidak terjadi kerancuan. "Apakah itu berdasarkan harga, merek atau kapasitas mesin," pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan pemerintah sedang mengkaji pelarangan penggunaan BBM bersubsidi untuk kendaraan pribadi dengan klasifikasi tertentu. Mobil-mobil mewah tersebut harus membeli BBM dengan harga keekonomian.
Hal tersebut dilakukan untuk menekan besaran subsidi BBM dalam APBN dan juga agar mempertajam sistim distribusi BBM bersubsidi agar tepat sasaran.
"Kita serius mengarah ke sana. Karena mobil pribadi dengan klasifikasi tertentu tidak pada tempatnya memakai BBM bersubsidi." ujar Menteri ESDM Darwin Zahedy Saleh usai sholat di Kantor Kementerian ESDM, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat (12/3/2010). (syu/ddn)
Komentar Terbanyak
Pajak Kendaraan Indonesia Salah Satu Tertinggi di Dunia, Masyarakat Dapat Apa?
Kesaksian Pemobil Lihat Ban Bocor Massal di Tol Cipularang
Tarif Parkir di Jakarta Mau Naik, Segini Bedanya dengan Kota Lain