Mesin mobil yang terpakir di halaman rumahnya di bilangan Tapos, Depok, masih hangat malam itu saat Jane berbincang dengan detikcom, sekitar pukul 21.00 WIB.
"Habis dari Bandung," tutur dia seraya menunjukkan sisa-sisa tinta ungu di jari kelingking tangan kanannya, Rabu (14/2/2024) silam.
Rupanya Jane baru saja pulang dari rumah orang tuanya di Bandung untuk menggunakan hak suara di siang harinya. Ia bercerita, sempat berencana 'Golput' alias tak ikut mencoblos pada momen pemilihan umum (pemilu) yang jatuh pada 14 Februari 2024 lalu itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maklum saja, pekerjaannya yang padat di hari sebelumnya membuat Jane tak bisa meninggalkan kantor tepat waktu. Celakanya, ia tak sempat mengurus pindah Tempat Pemungutan Suara (TPS). Dan lagi, karena pekerjaannya baru tuntas cukup larut, tak ada angkutan umum berjadwal yang bisa mengantarnya pergi ke Bandung untuk melakukan pemungutan suara di sana.
Wajah putus asa Jane menarik perhatian atasannya yang kemudian menanyakan alasan di balik wajah kusutnya. Kepada atasannya itu, Jane mengungkapkan keinginannya mencoblos di rumah orang tuanya di Bandung namun terancam batal lantaran tak sempat memesan angkutan umum berjadwal untuk melakukan perjalanan ke sana.
Maklum Jane resah karena hari itu Selasa 13 Februari, hanya berselang 1 hari dari hari pemungutan suara. Bila ia tak bergegas, maka momen 5 tahunan yang bakal menentukan masa depan Indonesia 5 tahun mendatang itu akan terlewat begitu saja.
Singkat cerita, Jane mendapat tawaran dari atasannya untuk menggunakan kendaraan operasional kantor. Saat itu jam di tangannya menunjukkan pukul 22.00 WIB, tak butuh waktu lama untuk dirinya mengiyakan tawaran itu dan bergegas berangkat menuju Bandung.
"Untung ada jalan tol. Padahal sempat pasrah tuh, 'nggak nyoblos deh'. Eh pas dapat pinjaman mobil kantor, aku langsung gas lewat tol ke Bandung," tuturnya bercerita.
Ia mengaku, perjalanan Jakarta-Bandung terbilang lancar. Apa lagi ada jalan tol layang MBZ yang membuatnya bisa menghindari kepadatan kendaraan besar di bawahnya. Total perjalanannya hanya memakan waktu sekitar 2 jam untuk melintasi tiga ruas tol mulai dari Jakarta-Cikampek dan Layang MBZ (terintegrasi), kemudian Cikampek-Purwakarta-Padalarang (SS Dawuan-SS Padalarang) serta Tol Padaleunyi (Padalarang-Cileunyi).
Gadis 28 tahun berambut panjang itu bersyukur, karena selain bisa menggunakan hak suaranya tepat waktu, momen singkat itu membuatnya bisa sekaligus bersilaturahmi dengan orang tua dan adik-adiknya yang sudah cukup lama tak berjumpa.
![]() |
"Jarang banget dapat waktu libur di tengah minggu seperti kemarin. Pas tanggal 14 itu kan libur nasional, jadi abis nyoblos aku masih ada waktu jalan sama adik-adikku dan masih ada waktu istirahat sampai sore sebelum balik lagi ke Jakarta," Jane menyambung ceritanya.
Setelah merasa cukup beristirahat, Jane bercerita langsung bergegas kembali ke Ibu Kota sekitar pukul 19.00 WIB dan tiba sekitar pukul 21.00 WIB di rumahnya saat detikcom menemuinya malam itu, Rabu (14/2/2024).
Ia kembali mengucap syukur, karena berkat adanya jalan tol, ia bisa melakukan perjalanan Jakarta-Bandung tepat waktu.
"Di Bandung main lumayan puas, sekarang jam 9 (21.00 WIB) sudah di rumah (di Depok). Jadi masih ada waktu lumayan buat istirahat cukup, besok kita kerja lagi," tutur Jane semringah.
Cerita Jane, hanya satu dari sekian banyak cerita mereka yang sangat terbantu berkat masifnya pembangunan jalan tol yang dilakukan pemerintah.
Contohnya saja pada momen libur panjang dalam rangka menyambut hari raya imlek beberapa waktu lalu. PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) mencatat sebanyak 681.611 kendaraan meninggalkan wilayah Jabotabek pada periode 7-10 Februari 2024 Libur Panjang Isra Mikraj dan Tahun Baru Imlek 2024.
Corporate Communication & Community Development Group Head JSMR Lisye Octaviana mengkukap, data yang tercatat merupakan angka kumulatif arus lalu lintas (lalin) dari empat Gerbang Tol (GT) Barrier/Utama, yaitu GT Cikupa (menuju arah Merak), GT Ciawi (menuju arah Puncak), dan GT Cikampek Utama (menuju arah Trans Jawa) dan GT Kalihurip Utama (menuju arah Bandung).
"Total volume lalin yang meninggalkan wilayah Jabotabek ini meningkat 14,32% jika dibandingkan lalin normal (596.215 kendaraan)," ujarnya dikutip dari keterangan resmi, Minggu (11/2) lalu.
Waktu Lebih Singkat, BBM Lebih Hemat
Beberapa tahun belakang, jalan tol memang tak pernah lepas dari cerita berkesan para penggunannya yang akhirnya bisa wira-wiri dengan waktu tempuh lebih singkat dan menyenangkan.
Seperti misalnya Ahmad Ridwan. sopir truk colt diesel yang biasa membawa duku dari Jambi ke Surabaya itu mengaku sangat terbantukan dengan adanya tol Trans Jawa.
"Saya biasanya memang lewat tol dari Jambi mau ke Surabaya, langsung tol dari Merak," ujarnya kepada detikcom.
Menurut Ridwan salah satu manfaat adanya Tol Trans Jawa baginya adalah bisa menghemat waktu perjalanannya. Menurut perhitungannya waktu tempuh Jambi menuju Surabaya melalui tol bisa dihemat 3-4 jam dibanding melalui jalur pantura.
"Lebih enak, badan enggak capek. Kalau pantura, macet, capek lampu merah. Belum lagi banyak sepeda motor," terangnya.
Dengan hematnya waktu perjalanan, dia juga mengaku bisa menghemat bahan bakar. Menurut perhitungan Ridwan setidaknya dia bisa hemat sekitar 80 liter solar.
"Dengan jarak tempuh selisih 3 jam bisa hemat solar 1 tangki, itu isinya sekitaran 80 liter. Bisa dihitung harga per liter berapa," terangnya.
Memang menurutnya, bagi sebagian sopir truk pengangkut barang tarif Tol Trans Jawa terasa mahal. Namun jika pemilik barang memberikan biaya alokasi khusus untuk tol, mereka akan lebih memilih jalur tol.
"Memang kalau dibilang mahal ya mahal. Tapi tergantung sama sopirnya sendiri dan pemilik barangnya. Kalau pedagang ini yang penting tepat waktu," tuturnya.
Berkah Jalan Tol Bagi Negeri
Bukan hanya sebagai penghubung jalan bagi kendaraan yang ingin melintas, jalan tol rupanya juga punya peran penting sebagai pengantar pemerataan pembangunan. Itu setidaknya terlihat dari perkembangan sejumlah kawasan yang dilintasi Jagorawi seperti Depok, Cikeas, Bogor hingga Sentul.
Sebagai jalan tol pertama di Indonesia yang dioperasikan oleh PT Jasamarga (Persero) TBK, Jalan Tol Jagorawi juga dipandang sebagai
tonggak sejarah bagi perkembangan industri jalan tol di Tanah Air.
Dewasa ini, keberhasilan Jagorawi mendongkrak perekonomian kawasan itu dilanjutkan dengan melakukan pembangunan jalan tol yang terhubung dengan jalan tol pertama di Indonesia ini. Sebut saja Jalan Tol Bogor Outer Ring Road (BORR), ada juga Tol Cinere-Jagorawi dan lainnya.
Semangat pemerataan ekonomi yang telah terbukti dari keberadaan Jagorawi ini sendiri kemudian diamplifikasi oleh pemerintah.
Buktinya, Pada tahun 2014, tahun pertama Joko Widodo (Jokowi) efektif menjadi Presiden Republik Indonesia, pembangunan Jalan Tol Trans Jawa mulai dikebut. Gagasan dibangunnya jalan tol Trans Jawa sebenarnya bukan ide yang benar-benar baru. Cikal bakal pembangunan jalan tol ini sudah dimulai sejak tahun 1978, bersamaan dengan mulai beroperasinya Tol Jagorawi.
Sejumlah kendala yang dihadapi membuat jalan tol ini baru tersambung 242 km pada 2004. Di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) 4 ruas tol Trans Jawa yang terdiri dari Tol Kanci-Pejagan sepanjang 35 kilometer (2010), Tol Surabaya-Mojokerto Seksi 1A Waru-Sepanjang dengan panjang 1,89 kilometer. Kemudian Tol Kertosono-Mojokerto Seksi 1 Bandar-Jombang sepanjang 14,41 kilometer (2014), dan Tol Semarang Solo Seksi 1-2 Semarang-Bawen (2011 dan 2014) sepanjang 22,95 kilometer.
Menyadari pentingnya keberadaan tol Trans Jawa ini, estafet pembangunan infrastruktur tersebut kemudian dilanjutkan oleh Jokowi. Hasilnya, 954 km jalan tol Trans Jawa kini sudah tersambung. Menghubungkan Pelabuhan Merak di Banten di sisi barat hingga Probolonggo di sisi timur. Dalam rencananya, jalan tol ini akan tersambung hingga ke Pelabuhan Ketapang.
Keberadaan jalan tol rupanya tak hanya memberi dampak positif bagi para pengguna jalan tol yang melintas di atasnya. Kepada detikcom, Chief Executive officer (CEO) Citra Swarna Group Victor Yap, mengungkap bagaimana keberadaan jalan tol bisa membuat lokasi seperti Karawang Timur semakin mudah diakses yang membuat lokasi ini diminati kalangan pekerja muda untuk huniannya.
Kemudahan aksesibilitas itu ditunjang dengan jalan tol Trans Jawa khususnya tol Cikopo-Palimanan, jalan nasional Pantai Utara (Pantura) Jawa, hingga kereta cepat Jakarta-Bandung.
"Perkembangan infrastruktur terus mendorong potensi Karawang sehingga kawasannya bisa bersaing dengan area lain di sekitarnya. Itu juga yang membuat kami confident untuk meraih target," kata Victor.
Merambah ke Luar Jawa
Pembangunan jalan tol sendiri tak hanya berfokus di Pulau Jawa lewat mega proyek Tol Trans Jawa, melainkan juga ke sejumlah pulau lain utamanya Sumatera lewat pembangunan tol Trans Sumatera, Kalimantan lewat tol Balikpapan Samarinda dan Sulawesi lewat pembangunan tol Manado-Bitung.
Keseriusan pemerintah menggenjot infrastruktur tentu tak perlu lagi diragukan. Berdasarkan data Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Dalam tiga tahun pertama sejak 2015-2017, pemerintah alokasikan dana infrastruktur sebesar Rp 913,5 triliun. Nilainya lebih besar dibandingkan lima tahun anggaran infrastruktur di era pemerintah sebelumnya.
Pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018, dana infrastruktur bahkan kembali dinaikkan menjadi Rp 410,7 triliun.
Melihat keseriusan tersebut, tak heran sudah begitu banyak jalan tol yang berhasil dibangun di era pemerintahan Presiden Jokowi. Di pulau Jawa, Jokowi menggenjot pembangunan Tol Trans Jawa hingga rampung seluruhnya (Merak-Surabaya) di akhir 2018 lalu. Di Sumatera, Jokowi menargetkan lebih dari 2.000 km jalan tol tersambung dari Lampung hingga Aceh pada akhir 2024.
Jika seluruh target tercapai, praktis Jokowi membangun lebih dari 3.000 km jalan tol dalam 10 tahun memerintah atau sekitar 300 km/tahun.
Pembangunan Tak Sebatas Fisik
Gencarnya pembangunan infrastruktur di segmen jalan tol tak semata dilakukan sebatas pada pembangunan fisik saja. Pembangunan juga merambah pada upaya melakukan transformasi di sistem pembayaran dari yang semula dilakukan menggunakan uang tunai menuju sistem pembayaran non tunai.
Bukan tanpa alasan, pembayaran dengan uang tunai kerap menimbulkan antrean yang panjang di gerbang tol. Selain itu waktu transaksi yang lebih lama dengan bayar tunai menyebabkan penumpukan kendaraan di gerbang tol atau macet.
Transaksi tunai juga kurang nyaman dan aman. Pengguna harus menghitung kembali uang kembalian. Sementara petugas tol menanggung risiko terkait penyediaan uang kembalian dan risiko terkait dengan cash collection pada gerbang tol.
Dengan dilakukannya elektronifikasi, diharapkan pembayaran di gerbang tol akan lebih lancar sehingga antrean di gerbang tol bakal berkurang. Kelancaran pembayaran di gerbang didukung oleh waktu transaksi yang menjadi 2 detik, lebih cepat 4 hingga 6 detik dibanding transaksi tunai.
Transaksi juga akan lebih nyaman dan aman karena lebih akurat. Pendapatan hasil transaksi bisa langsung masuk ke rekening badan usaha karena tidak ada cash collection.
![]() |
Akses pembayaran pun lebih mudah. Karena satu reader dapat menerima seluruh uang elektronik (multi issuer), yang akan meningkatkan ragam pilihan bagi pengguna. Keragaman multi issuer akan mendorong kemudahan top up melalui interkoneksi dan interoperabilitas.
Tak berhenti sampai di situ, pemerintah lewat Kementerian PUPR bersama PT Jasamarga (Persero) terus berupaya meningkatkan mutu layanan dalam hal ini penerapan teknologi yang dapat memudahkan pengguna jalan tol dalam melakukan transaksi pembayaran.
Salah satu yang dikembangkan adalah sistem pembayaran dengan teknologi Multi Lane Free Flow (MLFF) yang akan diterapkan di seluruh Indonesia. Penerapan teknologi ini diharapkan akan mempercepat proses transaksi pembayaran kendaraan yang masuk dan melintas jalan tol.
"Pelaksanaannya akan dilakukan secara bertahap mulai akhir tahun 2022," kata Kepala BPJT Kementerian PUPR Danang Parikesit saat dihubungi detikcom, Sabtu (5/3/2022) lalu.
Pembangunan sistem transaksi tol non tunai nir sentuh ini rencananya akan dibangun mulai akhir tahun 2022. Sementara untuk tahap awal, penerapannya akan diutamakan untuk wilayah Jabodetabek.
"Pelaksanaannya akan dilakukan secara bertahap mulai akhir tahun 2022 di beberapa ruas dengan sistem transaksi terbuka dahulu, dan diutamakan wilayah Jabodetabek," kata Danang.
![]() |
Dalam catatan detikcom, Danang pernah menjelaskan bahwa teknologi ini menggunakan electronic on board unit yang sudah terhubung dengan satelit dan akan membaca data mobil yang melintas lewat tol.
Teknologi ini membantu proses pembayaran setiap mobil yang akan masuk ke jalan tol tanpa perlu melakukan tapping atau menempelkan kartu.
"Lama kelamaan karena sudah terbiasa, gate itu akan terbuka, sehingga pada tahun 2024 tidak akan ada gardu tol," ujar Danang.
Tak berdiam diri, di usia yang kini menginjak 44 tahun tepat pada 1 Maret 2022 lalu, perusahaan investasi jalan tol pelat merah itu terus berinovasi dalam melakukan peningkatan layanan kepada pengguna tol. Jasa Marga sendiri telah mengimplementasikan Sistem Transaksi Non tunai tanpa henti berbasis Single Lane Free Flow (SLFF) with Barrier dengan Teknologi DSRC Infrared di beberapa lajur transaksi di Jabotabek.
Kini, perseroan tengah bersiap menerapkan teknologi yang lebih maju, yakni MLFF yang akan semakin memanjakan para pengguna tol dimana, penerapan sistem transaksi MLFF juga memberikan proses transaksi yang lebih efektif secara operasional, memiliki akurasi dan keamanan data pembayaran serta meminimalisir risiko yang mungkin terjadi.
Bahkan Pemerintah lewat Kementerian PUPR telah mulai melakukan uji coba penerapan sistem transaksi tol non tunai nir sentuh Multi Lane Free Flow (MLFF).
Cara kerjanya, sistem MLFF ini menggunakan teknologi Global Navigation Satellite System (GNSS) dan melakukan transaksi melalui aplikasi Cantas di smartphone. Selanjutnya GPS akan menentukan lokasi yang dideterminasi oleh satelit dan proses map-matching akan berjalan di central system. Saat kendaraan keluar tol dan proses map-matching berakhir, sistem akan melakukan kalkulasi tarif.
Adapun uji coba sistem MLFF telah dilakukan pada 12 Desember 2023 lalu pada jalan tol Bali Mandara.
Saat ini masih dalam fase uji coba internal, dimana segala kondisi yang terjadi atas skenario yang diujicobakan dicatat sebagai bahan perbaikan yang perlu dilakukan untuk menuju penyempurnaan implementasi nantinya. Implementasi teknologi untuk masa transisi akan dimulai setelah uji coba yang dilakukan berhasil memenuhi kriteria yang telah disepakati.
Dengan mempertimbangkan kesiapan kelengkapan infrastruktur penegakan hukum dan kesiapan masyarakat, Implementasi pada masa transisi masih akan menggunakan barrier. Selanjutnya untuk perluasan MLFF ke ruas jalan tol lainnya akan dilakukan setelah implementasi masa transisi pada jalan tol Bali Mandara berhasil memenuhi parameter yang ditentukan. Perluasan layanan direncanakan diterapkan pada jalan tol terpilih lainnya secara bertahap dengan mempertimbangkan kesiapan pengguna jalan pada daerah tersebut.
(dna/lth)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?