Meski secara geografis berdekatan, namun ada perbedaan budaya parkir antara Indonesia dan Malaysia. Sebab, ketika di Indonesia masih kisruh soal juru parkir (jukir) liar, Malaysia sudah melakukan digitalisasi parkir menggunakan aplikasi dan layanan daring!
Baru-baru ini, redaksi detikOto berkunjung ke Penang, Malaysia, selama hampir sepekan. Kami tak menemukan ada tukang parkir liar di sana. Kami justru melihat kendaraan-kendaraan terparkir sesuai kategori di garis-garis yang sudah tersedia.
Menurut pengamatan kami, garis putih berukuran kecil dikhususkan untuk sepeda motor, garis kuning untuk mobil dan garis merah untuk kendaraan sewa atau komersial ringan. Meski on street atau di pinggir jalan, parkiran tersebut rapi dan tak mengganggu lalu lintas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Ganasen Kalimuthu yang merupakan warga Penang dan pemandu wisata komersial mengatakan, Malaysia sejak beberapa tahun terakhir mulai menggalakkan parkir dengan skema digital. Bahkan, pemilik kendaraan yang hendak parkir on street harus melakukan booking tempat menggunakan aplikasi.
"Di sini sudah online semua untuk parkir. Ada on street dan parkiran public di tempat-tempat ramai," kata Ganasen kepada detikOto di George Town, Penang, Malaysia, belum lama ini.
Salah satu skema yang bisa dipilih adalah touch and go dengan membayar 40 sen atau sekira Rp 1.200 per 90 menit. Ketika sudah memilih titik parkir dan waktu, lokasi tersebut tak bisa ditempati kendaraan lain.
Malaysia juga punya layanan parkir lain bernama Flexi Parking, Jom Parking dan masih banyak lagi. Bahkan, tiap-tiap kota juga punya layanan khusus, seperti Penang yang punya Penang Smart Parking.
![]() |
Disitat dari Malaymail, pemerintah Malaysia kerap mencari cara agar parkir kendaraan bisa dilakukan secara efektif dan rapi. Dulu, parkir di sana menggunakan kupon, kemudian berganti dengan mesin pembayaran otomatis, dan sekarang menggunakan aplikasi khusus.
Di kota-kota besar seperti Kuala Lumpur dan Selangor, parkir sudah nyaris sepenuhnya menggunakan aplikasi. Sementara di Penang, beberapa masih menggunakan mesin otomatis dan tersedia lapak kosong untuk parkir gratis.
Hmm... ketika negara tetangga sudah mendigitalisasikan layanan parkir, di Indonesia justru masih kisruh jukir liar. Bahkan, Dinas Perhubungan dan Kepolisian nampaknya masih kesulitan menertibkan mereka.
(sfn/din)
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Bayar Pajak STNK Masih Datang ke Samsat? Kuno! Ini Cara Bayar Pakai HP