Belajar dari Bangkok yang Udaranya Bersih Meski Lalu Lintasnya Macet

Laporan dari Thailand

Belajar dari Bangkok yang Udaranya Bersih Meski Lalu Lintasnya Macet

Septian Farhan Nurhuda - detikOto
Selasa, 05 Des 2023 06:09 WIB
Bangkok, Thailand.
Kualitas udara di Bangkok tetap baik meski lalu lintasnya macet. Foto: Flickr
Bangkok -

Ada pemandangan unik yang redaksi detikOto temukan saat mengunjungi Bangkok, Thailand, pekan lalu. Meski lalu lintasnya selalu ramai kendaraan seperti di DKI Jakarta, namun kualitas udara di sana tetap baik dan layak dihirup.

Di beberapa lokasi seperti kawasan Siam yang ramai pusat perbelanjaan dan tempat hiburan, kemacetan lalu lintas terjadi di hampir setiap waktu. Bahkan, saat kami melakukan perjalanan dari Bangkok ke Chonburi dan Muang Thong Thani, kepadatan kendaraan bisa terlihat di banyak titik.

Anehnya, meski macet, namun kualitas udara di Bangkok tetap menjadi salah satu yang terbaik di Asia Tenggara. Bahkan, selama empat hari kami di sana, aplikasi AirVisual menunjukkan warna hijau dengan keterangan 'good' yang menandakan rendahnya polusi udara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kualitas udara di Bangkok.Kualitas udara di Bangkok. Foto: AirVisual

Baiknya kualitas udara di Bangkok sebenarnya bisa terlihat melalui mata telanjang. Sebab, bangunan-bangunan yang berada jauh dari pandangan bisa terlihat jelas dan tak terhalang kabut polutan.

Pemandu wisata kami yang merupakan warga asli Thailand, Anan menjelaskan, Bangkok sempat mengalami masalah polusi udara pada beberapa tahun silam. Namun, belakangan ini udaranya sudah lebih baik berkat kerja keras pemerintah setempat.

ADVERTISEMENT

"Dulu itu parah (polusi), tapi sekarang sudah berkurang ya. Kalau macet masih ada, terutama di jam-jam pulang kerja," kata Anan saat ditanya detikOto di Bangkok, Thailand.

Lalu lintas di Bangkok, Thailand.Lalu lintas di Bangkok, Thailand. Foto: Septian Farhan Nurhuda / detikoto

Menurut keterangan di laman C40, pemerintah di Thailand memang melakukan banyak gebrakan untuk mengurangi polusi udara di kota-kota besar, terutama di Bangkok.

Ketika Bangkok dihadapkan pada polusi udara PM2.5, otoritas setempat langsung mengumumkan fenomena tersebut sebagai agenda nasional dan semua pemangku kepentingan harus terlibat serta melakukan tindakan efektif untuk turut 'memeranginya'.

Kala itu, Bangkok membentuk Komite Pencegahan dan Solusi Polusi Udara yang dikepalai Gubernur Bangkok. Komite tersebut kemudian menentukan langkah-langkah jangka pendek dan jangka panjang untuk menangani masalah polusi.

Langkah-langkah jangka pendek yang diambil yakni:

  1. Meningkatkan frekuensi pembersihan jalan dan penyiraman air untuk memerangkap debu
  2. Meningkatkan pos pemeriksaan dan melarang semua mobil yang mengeluarkan asap hitam
  3. Berkoordinasi untuk mengatasi kemacetan lalu lintas dan mempromosikan sistem transportasi umum
  4. Melarang pembakaran sampah dan pembakaran terbuka
  5. Mengontrol secara ketat debu dari konstruksi Skytrain
  6. Mengendalikan dan menyelesaikan masalah yang terkait dengan debu dari konstruksi bangunan
  7. Meningkatkan area hijau
  8. Mengendalikan emisi polusi dari pabrik-pabrik industri agar sesuai dengan standar
  9. Membagikan masker bedah dan informasi tentang cara mencegah PM2.5, terutama untuk anak-anak, pasien, dan orang tua, dll.

Sementara, langkah-langkah jangka panjang yang diambil yakni:

  1. Meningkatkan standar emisi polutan kendaraan bermotor dan kualitas bahan bakar
  2. Mengembangkan jaringan untuk sistem angkutan umum multi-moda
  3. Mempromosikan pemanfaatan sistem angkutan umum
  4. Menyediakan bangunan "Park&Ride" untuk mempromosikan sistem transportasi umum
  5. Meningkatkan area hijau.

Belajar dari Bangkok, Jakarta semestinya juga bisa memerangi masalah polusi udara yang belakangan membuat susah banyak orang. Siang tadi saja, menurut AirVisual, kualitas udara di Ibu Kota menunjukkan warna merah dengan keterangan 'unhealthy'. Sementara di saat yang sama, untuk kesekian kalinya, Bangkok berwarna hijau.




(sfn/din)

Hide Ads