Nilai tukar dolar AS (USD) ke rupiah nyaris mendekati angka Rp 16 ribu. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar ini tentu bakal berdampak ke berbagai sektor industri, tak terkecuali industri otomotif. Meski begitu, Daihatsu belum kepikiran menaikkan harga jual mobil barunya.
Seperti diungkapkan Direktur Marketing and Planning & Communication Astra Daihatsu Motor (ADM) Sri Agung Handayani, kurs atau nilai tukar mata uang bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi naik tidaknya harga sebuah mobil baru. Pabrikan tidak bisa begitu saja langsung menaikkan harga mobil baru ketika kurs rupiah melemah.
"(Pelemahan nilai tukar ini) kan juga baru beberapa minggu ini ya. Jadi bukan hanya karena faktor kurs saja kita menentukan harga material cost. Kita nggak bisa, dalam waktu yang pendek ini langsung meng-adjust (menyesuaikan harga mobil) secepat itu, karena kita juga ada komitmen buat kustomer," bilang Agung di Tokyo, belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agung menambahkan, sejauh ini Astra Daihatsu Motor belum kepikiran untuk menaikkan harga mobil buatan mereka. Terlebih, beberapa tipe Daihatsu sudah punya komponen lokal yang tinggi, yang diproduksi di Indonesia, sehingga mengurangi ketergantungan terhadap komponen impor yang belinya pakai mata uang dolar.
"Saat ini nggak (ada rencana menaikkan harga mobil baru Daihatsu). Belum ya. Di Daihatsu sendiri, kita lokalisasi (komponennya) sudah 80%. Apalagi mobil LCGC kita, itu ada dua, Sigra dan Ayla. Terus yang lain-lain juga sudah lokalisasi, Xenia, Terios," tambah Agung.
Sebelumnya, Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi mengatakan kurs rupiah yang melemah bisa menjadi alarm bahaya bagi industri otomotif Indonesia.
"Ini berbahaya, karena bahan baku (pembuatan mobil) semuanya masih pakai dolar. Jadi kalau interest naik, dolarnya menguat, rupiah melemah, itu nanti akan berpengaruh terhadap cost (produksi) kendaraan itu sendiri. Kemudian bakal mempengaruhi juga yang namanya harga jual mobil, dan interest-nya itu akan lebih berbahaya. Jadi itu agak sedikit bikin khawatir," kata Nangoi ditemui detikOto di arena Japan Mobility Show (JMS) 2023, Tokyo Big Sight (25/10/2023).
"Kalau (nilai tukar dolar AS) menguat terus, maka dalam jangka panjang kami harus melakukan adjusment (penyesuaian harga mobil). Tapi kembali lagi, masalah adjusment harga itu adalah kebijakan masing-masing APM (Agen Pemegang Merek)," terang Nangoi.
(lua/dry)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?