Alat pengubah air jadi bahan bakar Nikuba baru saja unjuk gigi di Italia. Keberadaan Nikuba juga disorot beberapa ahli karena disebut bukan teknologi baru.
Nama Nikuba dalam beberapa hari terakhir jadi perbincangan hangat. Alat itu diklaim bisa mengubah air menjadi bahan bakar kendaraan bermesin konvensional. Nikuba disebut-sebut mampu mengonversi air menjadi hidrogen untuk bahan bakar kendaraan bermotor.
Alat itu dibuat oleh warga Cirebon bernama Aryanto Misel. Nikuba sendiri pernah diuji pada sepeda motor. Aryanto menjelaskan Nikuba memiliki fungsi untuk memisahkan antara hidrogen (H2) dan oksigen (O2) yang terkandung di dalam air (H2O) melalui proses elektrolisis. Adapun air yang digunakan adalah air yang sudah tidak memiliki kandungan logam berat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hidrogen yang telah dihasilkan melalui proses elektrolisis itulah yang kemudian dialirkan ke ruang pembakaran mesin kendaraan sebagai bahan bakar. Sementara oksigennya, menurut Aryanto, akan kembali dielektrolisis menjadi Hidrogen dan dialirkan lagi ke ruang pembakaran mesin. Untuk bisa menghasilkan hidrogen, tetap dibutuhkan katalis. Katalis itu juga dibuat sendiri oleh Aryanto.
"Katalis yang saya gunakan ini, buatan saya sendiri, hasil jerih payah saya untuk menemukan katalis yang tidak ada di pasaran. Katalis yang saya buat ini organik," kata Aryanto.
Nikuba sudah dipasang pada 31 kendaraan dinas milik TNI. Sebanyak 30 unit dipasang di kendaraan dinas milik TNI dari Kodam III/Siliwangi, sementara satu unit lagi dipasang di kendaraan dinas milik anggota TNI dari Koramil Lemahabang, Serda Muhammad Sutami.
Komentar Ahli
Keberadaan Nikuba pun mendapat respons dari sejumlah ahli. Ahli Konversi Energi dari Fakultas Teknik dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB), Tri Yuswidjajanto Zaenuri, buka suara soal Nikuba. Dia menjelaskan teknologi pengubah air menjadi hidrogen untuk bahan bakar kendaraan bermotor sejatinya merupakan teknologi lama.
"Itu (teknologi) sudah lama banget. Coba lihat saja di (situs jual beli) Tokopedia, tulis 'Joko Energy', keluar semua alatnya itu. Jadi yang ngembangin udah banyak. Termasuk (tutorialnya) di Youtube, juga udah banyak banget," kata pria yang akrab disapa Yus.
Yus mengungkapkan teknologi seperti itu sudah dikembangkan sejak 1960-an, karena sudah banyak orang yang mengenal konsep elektrolisa air. Sekadar diketahui, elektrolisa air merupakan penguraian senyawa air (H2O) menjadi oksigen (O2) dan hidrogen (H2) dengan menggunakan arus listrik yang melalui air tersebut.
Yus juga mengatakan teknologi tersebut tak sepenuhnya bisa menggantikan bensin. Dia menjelaskan untuk bisa menggunakan air sebagai bahan bakar pengganti tidak hanya dibutuhkan aki, tapi tetap membutuhkan bensin. Jika memakai air saja untuk proses ini, hal itu tidak akan cukup.
"Lama-lama aki bisa tekor karena secara keseimbangan energi tidak cukup. Lebih besar untuk memproduksi dari pada yang berguna. Jadi tak hanya butuh aki, tapi juga tetap butuh bensin," tambahnya.
Nikuba karya Aryanto juga direspons Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Profesor riset BRIN Eniya Listiani Dewi mengatakan bahwa Nikuba tidak bisa sepenuhnya menggantikan BBM dengan air. Meski begitu, dengan Nikuba penggunaan BBM bisa lebih efisien sekitar 3-20%. Meski sepeda motor tersemat Nikuba, Eniya menegaskan, kendaraan masih tetap menggunakan atau membutuhkan BBM.
"Kalau prediksi kita kan dimasukkan ke ruang pembakaran dan menyempurnakan piston di sepeda motor itu. Dari situ intinya bahwa BBM masih dipakai, jadi bukan pengganti BBM. Tetapi dia menyempurnakan pembakaran di ruang bakarnya, nah itu yang bisa saya jelaskan soal temuan itu," tutur Eniya.
Bikin Perusahaan Italia Kepincut
Di sisi lain, Nikuba baru-baru ini unjuk gigi di Italia. Nikuba diberangkatkan ke Milan dan kabarnya menandatangani perjanjian kerja sama dengan perusahaan penyedia sumber energi untuk Ferrari dan Lamborghini. Sayang tidak dijelaskan mendetail bentuk kerja sama yang dimaksud.
"Perjanjian kerja sama dengan perusahaan penyedia sumber energi bagi Ferrari dan Lamborghini," kata Kepala Penerangan Kodam III Siliwangi, Kolonel Inf Adhe Hansen, seperti dikutip dari detikNews.
Presentasi ke pihak pabrikan otomotif sudah dilakukan pada 18 Juni lalu di Milan. Aryanto Misel bakal pulang ke Indonesia pada hari ini, Rabu (5/7/2023).
(dry/rgr)
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah