Karoseri Masih Sulit Ekspor Bus Buatan Indonesia, Apa Sebabnya?

Karoseri Masih Sulit Ekspor Bus Buatan Indonesia, Apa Sebabnya?

Tim detikcom - detikOto
Selasa, 06 Jun 2023 10:05 WIB
PO Pandawa 87 rilis bus baru pakai sasis Hino dan bodi New Armada Skylander R22
Bus buatan Indonesia masih kesulitan untuk diekspor. Foto: Dok. Hino
Jakarta -

Industri karoseri Indonesia bisa dikatakan menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Namun untuk tembus pasar ekspor, produk-produk bodi bus buatan karoseri Indonesia masih mengalami kesulitan. Apa sebabnya ya?

Indonesia cukup mandiri di industri bus lantaran memiliki kemampuan untuk memproduksi bodi bus sendiri. Beberapa merek karoseri besar lahir di Indonesia, seperti Adiputro, Laksana, Tentrem, New Armada, atau Morodadi Prima.

Merek-merek karoseri itu juga sudah menjadi langganan perusahaan otobus yang beroperasi di Indonesia. Desain bodi bus yang keren dan kekinian, ditambah pembaruan pada aspek kenyamanan dan pelayanan membuat bus-bus buatan karoseri itu diminati.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi meski cukup laris di pasar dalam negeri, produk bodi bus buatan Indonesia belum banyak yang diekspor ke negara luar. Tercatat hanya ada beberapa model bus yang dijual ke negara-negara seperti Bangladesh, Srilanka, Afrika Selatan, atau Laos.

Dijelaskan Ketua Umum Asosiasi Karoseri Indonesia (Askarindo) Sommy Lumadjeng, industri karoseri Indonesia masih mengalami kesulitan ekspor karena harus terlebih dahulu meminta persetujuan produsen sasis, misalnya Mercedes-Benz, Scania, atau Volvo.

ADVERTISEMENT

Merek-merek sasis melalui agen pemegang merek mereka di Indonesia harus meminta persutujuan kepada prinsipal terkait, contohnya prinsipal Mercedes-Benz ada di Jerman, prinsipal Scania dan Volvo ada di Swedia. Jika karoseri-karoseri di Indonesia mengekspor sasis tersebut tanpa izin, maka bakal berisiko kepada APM yang ada di Indonesia.

"Kita punya kendaraan untuk ekspor itu ada. Sasis-sasis bus yang ada di Indonesia, itu APM-nya terikat dengan prinsipal masalah sales-nya. Jadi kendaraan-kendaraan yang masuk di Indonesia itu hanya bisa dijual di Indonesia," ungkap Sommy di Jakarta beberapa waktu lalu.

"Apabila itu diekspor gelap atau itu diekspor begitu saja, itu nanti di negara asal (sasis itu) bisa ketahuan karena ada VIN number 17 digit. Kalau mereka ada agreement itu, bisa-bisa yang jualnya di Indonesia itu di-blacklist atau diberhentiin jadi agen (pemegang merek)," terang Sommy.

Berbeda ceritanya jika Indonesia sudah memiliki perusahaan lokal yang bisa membuat sasis dan mesin bus. Maka urusan ekspor bus dalam wujud utuh itu bakal menjadi lebih mudah.




(lua/dry)

Hide Ads