Guna mempercepat penyediaan fasilitas pengisian daya kendaraan listrik, PT PLN (Persero) telah merencanakan penyediaan franchise bagi pihak swasta ataupun perorangan yang ingin membangun usaha penyediaan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU).
Hal ini disampaikan oleh Wilfrid Sahat P. Siregar selaku Senior Officer Direktorat Retail dan Niaga PLN dalam gelaran Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2023 di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (17/5/2023).
"PLN sangat mendukung pengembangan Electronic Vehicle (EV) ini, maka dari itu kami membuka selebar-lebarnya kerja sama dengan pihak swasta untuk franchise SPKLU," terang Wilfrid.
Berdasarkan pernyataan Wilfrid, terdapat tiga tipe mesin SPKLU yang ditawarkan oleh PLN dan masing-masing harganya pun berbeda. Untuk mesin slow charging dibanderol dengan harga Rp 50 jutaan, medium charging dihargai Rp 200 jutaan, dan tipe tertinggi yakni ultra-fast charging bisa mencapai Rp 1 miliar.
"Untuk harganya itu tergantung, karena nanti akan ada perubahan-perubahan lagi. Tapi mungkin akan berada di angka Rp 200 jutaan untuk yang medium charging. Yang paling mahal itu ada ultra-fast charging dengan harga hampir Rp 1 miliaran untuk mesinnya. Kalau yang slow charging mungkin di angka Rp 50-60 jutaan," jelasnya.
Namun harga-harga di atas baru estimasi kasar yang nantinya bisa disesuaikan lagi sesuai dengan bagaimana bentuk kerja sama yang akan dijalin.
Wilfrid menyebut terdapat beberapa skema kerja sama, skema franchise yang pertama ialah mitra hanya perlu menyiapkan lahan saja.
Kedua, bagi mitra yang sudah memiliki lahan dan mesin charging, maka PLN hanya perlu melakukan sinkronisasi mesin dengan aplikasi PLN Mobile.
Dan yang ketiga adalah dengan menjadikan PLN sebagai penyedia listriknya saja, tetapi pada skema ketiga terdapat dua mitra di mana terdapat mitra yang menyediakan lahan dan mitra yang menyediakan mesin charge.
"Nanti juga disesuaikan dengan bagaimana bentuk skema kerja samanya, ada yang hanya perlu siapkan lahan saja dan sisanya PLN yang siapkan, kemudian kalau punya lahan dan mesin juga bisa nanti tinggal disambungkan dengan aplikasi PLN Mobile, atau bahkan nanti PLN juga bisa hanya menyediakan listriknya saja," tutur Wilfrid.
Untuk pembagian keuntungan dari hasil transaksi di SPKLU nantinya akan dibagi berdasarkan pada komposisi investasi dari masing-masing pihak.
Untuk skema pertama, mitra selaku penyedia lahan akan mendapatkan jatah sebesar 15-20% dari total pendapatan. Skema kedua, mitra selaku penyedia lahan dan mesin akan kebagian hasil sebesar 68% dari total pendapatan. Untuk skema ketiga, mitra penyedia lahan akan mendapatkan 15-20% dan mitra penyedia mesin akan mendapatkan 48-53% dari total pendapatan.
Dengan begitu, adanya sistem franchising ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk bisa memenuhi kebutuhan SPKLU di Indonesia yang saat ini jumlahnya masih tergolong sedikit dan hanya terfokus di kota-kota besar saja.
(rgr/din)