Sejumlah aktivis melancarkan aksi protes saat rapat umum pemegang saham (RUPS) tahunan Volkswagen di Berlin, Jerman, Rabu (10/5/2023). Para aktivis menuding Volkswagen menggunakan sistem kerja paksa di Uyghur, China hingga memprotes lantaran pabrikan Jerman itu masih memproduksi mobil berbahan bakar fossil.
Sekitar selusin aktivis melakukan protes, mereka merapatkan diri ke jalan untuk memblokir lalu lintas ketika RUPS tahunan Volkswagen berlangsung, Rabu (10/5/2023). Para aktivis menuding Volkswagen sudah membuat keputusan yang merusak iklim.
Begitu konferensi dimulai, lebih banyak pengunjuk rasa bergabung di jalan, mereka meneriakkan tuduhan kerja paksa di pabrik Volkswagen, Xianjiang, China. Para aktivis juga mengibarkan bendera bertuliskan "Akhiri Kerja Paksa Uyghur".
Para demonstran berpendapat, Volkswagen, sebagai salah satu pembuat mobil terbesar di dunia, menghasilkan sebagian besar keuntungannya dari kendaraan yang menyebabkan kerusakan lingkungan. Perusahaan tersebut juga terlibat dalam skandal Dieselgate, di mana ditemukan kecurangan dalam uji emisi dan berkontribusi dalam memperpendek umur manusia secara global.
Terdapat sejumlah aktivis yang masuk ke dalam saat RUPS. Aksi dimulai dengan aktivis wanita yang nekat bertelanjang dada. Badannya dicoret dengan tulisan "Dirty Money". Wanita itu menyela pidato CEO Porsche Oliver Blume sebelum akhirnya dibawa pergi oleh petugas keamanan.
Aksi protes belum selesai, kue meluncur ke depan podium kala Hans Dieter Pötsch, ketua dewan eksekutif Porsche SE dan dewan pengawas Volkswagen memberikan pidato. Hans Dieter Pötsch dengan anggun menghindari kue itu.
Potret foto lainnya, sisa-sisa potongan kue menempel di depan podium anggota dewan, Wolfgang Porsche.
Di dalam RUPS itu, para aktivis juga meminta supaya mengakhiri kerja paksa di pabrik Volkswagen, Xianjiang. Pesan itu disampaikan lewat spanduk bertuliskan "VW = Kerja Paksa" dan "Akhiri Kerja Paksa Uyghur".
Di luar, pengunjuk rasa menuntut produsen mobil terbesar di Eropa itu mengurangi jejak karbonnya.
"Ilmunya jelas: emisi dari rencana penjualan mobil Volkswagen berada di luar batas planet," adalah pesan yang dipegang oleh para aktivis dari Scientist Rebellion.
"Dialog yang konstruktif itu penting. Dan rapat umum menawarkan kesempatan bagus untuk ini," kata perusahaan menanggapi protes tersebut.
Volkswagen berulang kali membantah bahwa pabriknya menggunakan kerja paksa, tetapi terus mendapatkan gelombang kritik. Wilayah Xianjiang ini dikaitkan dengan pelanggaran hak asasi manusia yang diduga dilakukan oleh pemerintah China terhadap penduduk Uyghur.
Bahkan pemegang saham perusahaan Volkswagen, seperti Deka Investment dan Union Investment, telah meminta VW untuk melakukan audit eksternal yang independen terhadap pabrik dan pemasoknya untuk menjamin bahwa tidak ada suku cadang yang dibuat dengan kerja paksa pada kendaraan yang dijualnya.
(riar/dry)