Curhat Bos PO Bus: Sudah Harga Solar Naik, Belinya 'Dipersulit'

Curhat Bos PO Bus: Sudah Harga Solar Naik, Belinya 'Dipersulit'

Luthfi Anshori - detikOto
Rabu, 21 Sep 2022 07:46 WIB
PO Putera Mulya
Curhat bos PO Bus disaat harga BBM naik. (Foto: Luthfi Anshori/detikOto)
Jakarta -

Kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) tak hanya berdampak kepada pengguna kendaraan pribadi, para pemilik usaha transportasi umum juga terkena efeknya. Kebijakan itu tidak hanya bikin harga tiket bus AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) jadi naik, tapi pembatasan yang dilakukan juga bikin pengusaha transportasi bus jadi kesulitan membeli bahan bakar solar.

Sebelumnya pemerintah telah mengumumkan kenaikan harga BBM. Jenis Pertalite naik dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter. Kemudian harga Solar subsidi naik dari Rp 5.150 per liter jadi Rp 6.800 per liter. BBM non subsidi Pertamax juga ikut naik dari Rp 12.500 per liter jadi Rp 14.500 per liter.

Kenaikan harga bensin dan solar ini mempertimbangkan naiknya harga minyak dunia, serta kenaikan subsidi energi yang terus meningkat. Kenaikan BBM tersebut berlaku sejak 3 September 2022 pukul 14.30 WIB.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bos PO Sumber Alam, Anthony Steven Hambali mengatakan, kenaikan harga BBM tidak hanya berpengaruh terhadap kenaikan harga tiket bus, utamanya kelas ekonomi, tapi di sisi lain syarat pembelian BBM yang harus menggunakan aplikasi MyPertamina juga dinilai memberatkan.

"Jadi kalau dampaknya harga BBM jelas--itu kami dari industri transportasi--baik bus maupun truk memang menyesuaikan harga ya. Kemarin Kemenhub juga belum lama mengeluarkan patokan harga dasar untuk yang kelas ekonomi," kata Anthony dalam acara Press Conference Busworld Southeast Asia 2022, di Jakarta, Selasa (20/9/2022).

ADVERTISEMENT

"Harapannya setelah ada penyesuaian harga BBM, ini sebenarnya tidak ada lagi kesulitan mendapatkan BBM-nya. Saat ini apa yang beralih isunya? Ke MyPertamina," sambung Anthony.

Anthony mengaku masih kesulitan saat ingin melakukan pendaftaran Subsidi Tepat di aplikasi MyPertamina. Di sisi lain, dia juga meragukan sisi safety aplikasi tersebut.

"Karena kami harus register, di mana itu agak sulit. Lalu mengenai safety-nya data itu juga masih kami ragukan, karena terjadi di tempat saya sendiri ada bus (kami) yang ke SPBU, lalu dimasukkan nomor polisinya, keluar di situ bahwa kendaraan ini harusnya Pertalite, ya itu nggak mungkin tho, masa bus minumnya Pertalite. Jadi ada kesalahan data," sambung Anthony.

"Kemudian ada lagi QR Code yang setelah di pom bensin, kami menggunakan QR Code itu, ternyata QR Code itu udah digunakan di tempat lain. Jadi ini nggak bisa deteksi," katanya lagi.

"Ini yang masih menjadi problem, harapannya (kalau bisa) hal-hal seperti ini ditiadakanlah. Kalau emang misalkan (harga BBM) sudah naik ya harusnya barangnya terjamin. Jangan sampai kami (yang) melayani masyarakat umum juga, sudah kena kenaikan, tapi masih dipersulit," tukas Anthony.




(lua/din)

Hide Ads