Ada ironi pada dunia otomotif Indonesia saat ini. Ketika mobil listrik yang begitu canggih makin banyak ditemui di jalanan, truk ODOL masih banyak berseliweran, parkir masih sembarangan, lawan arah terus jadi langganan, dan kesadaran terhadap keselamatan entah kapan akan terus dikesampingkan. Indonesia sudah 77 tahun merdeka, tapi di jalanan kita masih terjajah perilaku sendiri.
Merdeka memiliki banyak arti dan konteks tergantung siapa yang menerjemahkannya. Jawabannya bisa berubah tergantung kondisi zaman. Jadi jangan heran kalau kemerdekaan punya makna yang berbeda jika ditanya ke orang-orang dengan usia yang berbeda dan latar belakang tak sama.
Secara sederhana, merdeka bisa diartikan sebagai keterbebasan. Sebuah kondisi di mana kita tidak merasakan lagi takut, lepas dari kekhawatiran, tak terikat paksaan, dan satu yang paling penting adalah memiliki ruang dan kemudahan untuk berekspresi, menyatakan opini, serta mengembangkan kreativitas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kalau dilihat dari kacamata dunia otomotif, ada banyak hal yang sebenarnya membuat kita pantas merasa merdeka.
Kecuali gara-gara pandemi, penjualan mobil di Indonesia terus berada di atas angka 1 juta unit setiap tahun sejak 2013. Meski tak memiliki merk lokal, Indonesia jadi pasar dengan jumlah penjualan mobil paling besar di Asia Tenggara. Industri otomotif Indonesia telah memerdekakan banyak orang dengan kontribusi ekonominya yang begitu besar.
Kemerdekaan lain yang diraih adalah dalam hal akses. Jalan tol semakin panjang dan menjangkau lebih banyak lokasi. Data menunjukkan, dalam setidaknya tujuh tahun ke belakang, panjang jalan tol di Indonesia bertambah sebanyak 1,5 juta km.
Semakin banyak wilayah yang tersambung jalan artinya memerdekakan lokasi tersebut untuk bisa lebih berkembang dalam banyak aspek ekonomi dan sosial. Di lain sisi, ruas jalan yang terus bertambah panjang pastinya membuka peluang industri otomotif terus bergerak maju.
Kalau semua berjalan lancar dan sesuai rencana, dalam sekitar 28 tahun ke depan Indonesia juga akan merdeka dari polusi kendaraan. Pemerintah mencanangkan tak ada lagi penjualan mobil berbahan bakar bensin mulai tahun 2050.
![]() |
Maju Tak Gentar Meraih Kemerdekaan di Jalan
Demi meraih kemerdekaan tersebut, perjuangannya sudah dimulai sejak beberapa tahun lalu. Pemerintah terus mendorong APM dan masyarakat untuk mulai menggunakan kendaraan listrik. Berbagai regulasi sudah dibuat dan diterapkan, beragam keringanan diberikan.
Perjalanan menuju zero emission terlihat masih akan panjang. Tapi kalau berkaca pada makin beragamnya produk elektrifikasi yang dijual di Indonesia saat ini, kita berjalan ke arah yang benar.
Namun di sisi lain, ada hal-hal yang membuat kemerdekaan kita seperti terasa terenggut di jalanan. Sayangnya 'penjajah' yang merebut rasa aman dan merdeka tersebut adalah para pengendara dan pengguna jalan sendiri.
Kita masih lihat dan rasakan sendiri bagaimana kecelakaan yang melibatkan kendaraan-kendaraan komersial (pengangkut barang) besar masih terjadi.
Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Budi Setiyadi, mengakui sendiri kalau kendaraan pengangkut barang kerap menimbulkan masalah. Tingginya angka kecelakaan baru satu hal yang ditimbulkan. Masalah lain yang muncul adalah kemacetan, over dimensi over loading (odol), kerusakan infrastruktur, sampai polusi udara.
Truk ODOL telah 'menjajah' kita dengan menyebabkan kerugian sangat besar. Pada 2021 lalu, Kementrian Perhubungan mencatat kerugian akibat truk ODOL mencapai 43 triliun per tahun.
Untuk truk ODOL, pemerintah sudah mencanangkan zero truk ODOL pada 2023. Sebuah cita-cita yang seharusnya sangat mungkin dicapai. Toh pemerintah juga sudah menerapkan beragam aturan untuk mencegat truk-truk ODOL kembali berkeliaran di jalan.
Hal lain yang masih kita temui dalam keseharian di jalanan adalah tentang perilaku berkendara orang Indonesia, terlebih di kota-kota besar. Parkir sembarangan, melawan arah, saling serobot bisa ditemui nyaris di mana-mana.
![]() |
Banyak orang Indonesia mampu beli mobil atau motor. Sayangnya, daya beli itu tidak dibarengi dengan 'manner'. Bagaimana bersikap bijak di jalanan, mengutamakan dan sadar pentingnya keselamatan.
Sebagaimana kemerdekaan negeri ini perlu diperjuangkan puluhan tahun lalu, kemerdekaan dan bebas dari rasa khawatir di jalanan juga wajib diikhtiarkan.
Merdeka!!!
Dalam memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia ke-77, detikcom menginisiasi kampanye 'Merdeka Bagi Mereka'. Di kampanye ini akan ada kumpulan kisah inspiratif tentang arti 'Merdeka Bagi Mereka' dari berbagai figur dan perspektif. Artikel ini didukung oleh Toyota.
Simak terus kampanye 'Merdeka Bagi Mereka' mulai 17 Agustus 2022 di Sini!
(din/lua)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?