Siapa yang tidak setuju kalau aspal lebih mulus dibandingkan dengan beton cor? Tapi nyatanya Pemprov DKI Jakarta lebih senang menggunakan bahan material beton cor dibandingkan aspal untuk memperbaiki jalanan yang rusak. Meski demikian keputusan tersebut bukan tanpa alasan.
"Karena perkerasan beton relatif lebih kuat atau awet serta waktu pengerjaannya yang lebih cepat bila dibandingkan dengan aspal," jawab Kepala Dinas Bina Marga Provinsi DKI Jakarta Hari Nugroho kepada oto.detik.com.
"Penanganan perbaikan jalan dilakukan berdasarkan pengelompokan kondisi atau tingkat kerusakan jalan," Hari menambahkan.
Lalu apakah Pemprov DKI Jakarta atau Bina Marga memiliki data berapa banyak wilayah di Jakarta yang memiliki kualitas jalan yang buruk?
"Kerusakan jalan bersifat sangat dinamis karena di pengaruhi oleh banyak faktor, seperti cuaca ekstrim dan juga kerusakan bertambah seiring waktu. Secara umum Dinas Bina Marga sudah memetakan kerusakan jalan melalui pengecekan rutin, sinkronisasi data dengan Suku Dinas Bina Marga 5 Kota Administrasi serta aduan dari masyarakat melalui sosial media maupun musrenbang," ucap Hari.
Dalam pemberitaan detikOto sebelumnya untuk tahun 2021, secara umum Dinas Bina Marga telah menganggarkan dana perbaikan sebesar Rp 30 Miliar untuk pemeliharaan berkala dan Rp 3,5 Miliar untuk perbaikan rutin. Anggaran ini belum termasuk anggaran kegiatan strategis, perbaikan jalur busway dan kegiatan perbaikan di suku dinas Bina Marga 5 kota administrasi.
Hari juga mengatakan bahan material yang digunakan untuk perbaikan jalan itu menggunakan aspal dan beton.
"Secara umum, perbaikan jalan dilakukan mengikuti kondisi perkerasan yang ada yaitu Flexible Pavement atau perkerasan Lentur yaitu Aspal dan Rigid Pavement atau perkerasan kaku yaitu Beton," hari menerangkan.
Lalu apa yang menjadi pertimbangan untuk mengambil keputusan memperbaiki jalanan? "Penanganan perbaikan jalan dilakukan berdasarkan pengelompokan kondisi atau tingkat kerusakan jalan," Hari menambahkan.
(lth/din)