Wanita berusia 23 tahun ini adalah satu di antara sekian banyak korban yang hadir di Hari Peringatan Korban Tabrakan Lalu Lintas Sedunia yang digelar di Car Free Day (CFD) Dago, Minggu (18/11/2018).
Kisah tragis itu ia alami saat berboncengan bersama temannya dari Bandung menuju Ciamis untuk melayat kakeknya yang meninggal dunia. Saat itu Navida dibonceng oleh temannya menggunakan sepeda motor tua Honda CB 100.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Waktu itu jam setengah empat pagi. Kejadiannya di Cihaurbeuti perbatasan Tasik dan Ciamis," ucap wanita yang sebelumnya aktif sebagai seniman tari jaipong itu.
Navida mengatakan saat itu tiba-tiba saja motor ditabrak dari belakang oleh kendaraan roda empat jenis sedan. Ia terpental ke selokan sementara temannya yang membawa motor jatuh ke area sawah.
Ia menyadari kecelakaan tersebut terjadi karena motor yang dikendarainya tidak laik jalan. Sebab hanya lampu depan yang berfungsi sementara belakang tidak. Ditambah kondisi jalanan yang juga kurang penerangan.
"Pesan saya, setiap berkendara ada baiknya kita aware dengan kondisi kendaraan. Periksa kelaikan kendaraan mulai dari ban, mesin, lampu dan kalau perlu bawa peralatan agar kalau ada kendala bisa segera diperbaiki," katanya.
![]() |
Tak lupa, ia pun berpesan agar setiap pengendara melengkapi diri dengan surat-surat kendaraan dan identitas diri. "Jangan sampai seperti saya. Karena waktu itu surat-surat tidak bawa maka ada kesulitan saat kejadian," ucapnya.
Saat ini Navida masih harus menggunakan bantuan tongkat untuk berjalan karena kaki kanannya masih mengalami infeksi. Sementara temannya sudah pulih dari patah tulang.
"Harapan saya semoga bisa cepat sembuh seperti sedia kala. Bisa berkarya lagi," ujarnya.
Tak jauh berbeda dengan Navida, Ervin Fuadi (23) juga menjadi salah satu korban kecelakaan. Tak seberuntung Navida, akibat kecelakaan Ervin kini mengalami kebutaan total di kedua matanya.
Kecelakaan yang dialami Ervin bermula saat ia berboncengan bersama temannya dari Subang untuk pulang ke Purwakarta menggunakan moor Suzuki Satria F. Tiba-tiba di perjalanan ada mobil yang belok ke SPBU tanpa memberi lampu sein.
"Saya buang motor ke kiri, karena kalau ke kanan itu arah berlawanan. Pas itu saya nabrak pagar rumah," katanya.
Akibat kejadian tersebut penglihatannya semakin hari semakin kabur. Bahkan dokter di RS Mata Cicendo memvonis kedua matanya tak bisa lagi berfungsi pada satu tahun setelah tabrakan.
Ervin yang semula bekerja di sebuah toko furnitur daerah Lodaya, Kota Bandung pun memutuskan untuk berhenti. Kini ia sedang menggeluti keterampilan di Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna.
"Pesan saya, khususnya kepada pengendara mobil agar lebih hati-hati jangan merasa lebih berkuasa di jalan. Karena kadang mobil itu tidak menghiraukan kondisi, apalagi kalau jalanan sedang sepi," ujar Ervin.
Sementara itu Kadiskominfo Kota Bandung Ahyani Raksanagara mengatakan pemerintah tetap fokus meningkatkan program mengurangi angka kecelakaan dengan sejumlah program.
![]() |
"Pertama kita melakukan perbaikan infrastruktur seperti jalan dan rambu. Kedua kita kampanyekan perbaikan perilaku pengguna jalan dan ketiga penegakan hukum oleh kepolisian dan Dishub," katanya.
Acara Hari Peringatan Korban Tabrakan Lalu Lintas Sedunia ini digelar oleh Pemkot Bandung bersama Bloomberg Philanthropies Initiative for Global Road Safety (BIGRS) yang fokus terhadap program keselamatan di jalan raya.
BIGRS melalui buku Bandung Road Safety Annual Report 2017 mencatat terdapat 501 kasus kecelakaan di Kota Bandung. Dari jumlah tersebut 127 orang meninggal dunia dan 38 orang mengalami luka berat. Dari 501 kasus, 57 persen melibatkan motor dengan tingkat kematian rentang usia 15-24 tahun. (tro/ddn)
Komentar Terbanyak
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah