Dari Bandara Soetta, Pemotor Ini Tak Sadar Masuk Tol

Dari Bandara Soetta, Pemotor Ini Tak Sadar Masuk Tol

Rangga Rahadiansyah - detikOto
Selasa, 04 Sep 2018 10:06 WIB
Pemotor Masuk Jalan Tol Bandara Soekarno-Hatta. Foto: Dok. Ahmad Risky
Jakarta - Di Indonesia sepeda motor tidak diizinkan untuk melewati jalan tol. Jalan yang ditujukan untuk mengurangi waktu dan jarak tempuh ini hanya dapat dilalui oleh kendaraan roda empat atau lebih. Kalaupun ada kendaraan roda dua, itu pun dikhususkan untuk petugas seperti polisi lalu lintas yang sedang menjalankan tugas seperti pengawalan.

Akhir-akhir ini cukup marak dijumpai melalui media sosial pengendara sepeda motor yang melintasi jalan tol. Foto ataupun video pengendara motor yang masuk tol ini seringkali mengundang kekesalan atau gelak tawa bagi netizen. Masuknya sepeda motor ke jalur tol berisiko membahayakan keselamatan pengendara motor itu sendiri dan pengguna jalan tol lainnya.

Tujuan jalan tol diperuntukkan agar kendaraan bisa melaju dengan kecepatan rata-rata di atas 60 km/jam. Kecepatan tersebut berpotensi memberikan gesekan angin yang dapat mengurangi keseimbangan pengendara motor sehingga berpotensi menimbulkan kecelakaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alasan pengendara motor masuk tol biasanya karena minimnya pengetahuan mengenai lalu lintas. Salah seorang pengendara motor yang ditemui detikOto, Ahmad Risky memiliki pengalaman melintas di jalur tol.



"Waktu itu saya mengantar teman ke Bandara Soekarno-Hatta menggunakan sepeda motor, pada saat pulang sudah gelap sekitar magrib saya pulang melewati jalan raya Bandara Soekarno-Hatta. Setelah cukup jauh saya menyadari tidak ada pengendara motor lain selain saya," ungkap Risky kepada detikOto.

Risky mengaku baru saja pindah ke Jakarta beberapa bulan dan belum terlalu mengenal jalan di kota tersebut. Menyadari tindakannya salah, Risky mencoba mencari jalan keluar.

"Kira-kira saya sudah melaju di jalan tol sepanjang 8 kilometer, saya berhenti di KM 24 di bahu jalan. Sejumlah pengendara mobil memperingati saya untuk tidak meneruskan perjalanan karena akan ditindak oleh pihak yang berwajib," tambah Risky.

"Kondisi jalanan tol waktu itu cukup ramai, kebetulan ada sebuah truk juga yang berhenti di bahu jalan karena bannya bocor. Saya berhenti di depan truk tersebut karena takut ditabrak pengendara tol lain," lanjut Risky menceritakan pengalamannya tersebut.

Pada saat itu Risky mengaku pasrah. Bahkan, katanya, kalau ada petugas dia lebih memilih untuk ditilang dan mengakui kesalahan sehingga bisa dibantu oleh petugas untuk keluar dari jalan tol dengan selamat. Namun, lama menunggu di bahu jalan, tak satu pun pihak berwenang melintasi jalan tersebut.



"Kurang lebih satu jam saya terjebak di sana, saya mencoba menghubungi rekan yang punya kenalan untuk membantu saya keluar dari sini tapi tidak ada yang bisa memberi solusi," ujar Risky.

Sopir truk yang tadinya sedang beristirahat menunggu bantuan perbaikan ban menyadari masalah yang dihadapi Risky. Sopir truk menyarankan untuk keluar di kawasan PIK dengan melawan arah. "Sopir itu bilang sering pengendara motor lain yang nyasar masuk tol ini karena memang dari Bandara nggak ada gerbang tolnya," terang Risky.

Awalnya, Risky sempat ragu untuk melakukan saran dari sopir tersebut karena lalu lintas sedang sibuk pada malam itu. Risky pun akhirnya memberanikan diri untuk keluar dari jalan tol setelah jalanan cukup sepi dengan cara melaju pelan dengan arus yang berlawanan hingga akhirnya keluar di Kawasan Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. (rgr/ddn)

Hide Ads