Hal ini diungkapkan General Manager Shell Eco-marathon Norman Koch usai gala dinner bersama media di Hotel Village Hotel, Changi Singapura, Rabu (15/3/2017) malam, seperti dilaporkan wartawan detikOto Zaenal Effendi.
Menurut dia, Shell hanya ingin memberikan wadah kreativitas bagi generasi muda dan hasilnya untuk semua. "Kami bukan produsen otomotif dan tidak berniat untuk jadi itu. Tapi kami ingin menyediakan energi masa depan," kata Norman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto: Zaenal Effendi |
Ia menegaskan Shell hanya mewadahi mahasiswa kreatif dengan harapan ada yang bisa mencoba temuannya untuk digunakan secara massal dan tiap hari. "Orang orang kreatif bisa bersama dan mencoba ide mereka. Dan kami ingin mencoba platform ini, bukan demi manufaktur. Yang jelas banyak universitas yang mempromosikan lebih lanjut dan membawanya ke market," tegas dia.
Norman mencontohkan dari hasil Shell Eco-marathon yang sudah diproduksi massal dan sudah dikembangkan serta digunakan tiap hari, salah satunya engine stop ketika kendaraan berhenti.
"Banyak ide ini yang masuk jadi. Misalnya engine valve. Dulu itu di kompetisi ini 10 tahun lalu. Lalu fiber, start stop technologi itu di Eco-marathon technology. Sekarang anda bisa menemukan itu di produk setiap hari. Start stop itu 1980-an. Dan baru diaplikasikan 2010-an," ungkapnya. (ze/ddn)












































Foto: Zaenal Effendi
Komentar Terbanyak
Inikah Calon Mobil Nasional Indonesia yang Disebut Prabowo Bakal Ada Tiga Tahun Lagi?
Curhat Prabowo Sudah Lama Nggak Nikmati Alphard, Tiap Hari Naik Maung
Kakorlantas: Bayar Pajak Kendaraan Semudah Beli Pulsa